20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Soe Ceng Soe meluap darahnya, tapi sebisa bisa ia menahan hawa marahnya. “Selagi teecoe<br />

memukul kepala perempuan siluman itu, Liong tauw toako menangkis senjataku, sehingga<br />

siluman itu bisa melarikan diri,” jawabnya.<br />

“Omong kosong!” bentak si pengemis tua. “Perlu apa aku menangkis gagang pedangmu?<br />

Sudah beberapa puluh tahun aku mengabdi di dalam partai dan karena jasa jasaku aku<br />

sekarang menduduki kursi Ciang pang Liong tauw. Apa kau mau mengatakan bahwa aku<br />

sengaja membantu orang luar? Sekarang aku tanya. Sebab apa kau tidak menggunakan ujung<br />

pedang untuk menikam dia dan berlagak memukul dengan gagang pedang? Huh.. huh!..<br />

mataku belum lamur, tak dapat kau memperdayai aku.”<br />

Dalam Boe tong pay, biarpun kedudukan Soe Ceng Song hanyalah murid turunan ketiga tapi<br />

sebab orang orang Boe tong tahu, bahwa dia adalah calon Ciang boen jin maka mereka sangat<br />

mengindahkannya. Bahwa kau Jie lian Cioe, Thio Song Kee dan yang lain lain yang masih<br />

pernah paman berlaku sungkan kepadanya. Atas tekanan Tan Yoe Liang ia terpaksa masuk ke<br />

dalam Kay pang. Di luar dugaan pada hari pertama, ia sudah dicaci orang. Ia adalah seorang<br />

yang beradat tinggi dan meskipun ia tahu, bahwa Ciang pang Liong tauw mempunyai<br />

kedudukan tinggi, ia tidak bisa menahan sabar lagi. “Perkataan main gila adalah tuduhan<br />

membuta tuli,” katanya dengan bernafsu. “Liong tauw toako mesti bisa membuktikan tuduhan<br />

itu. Terang-terang kau yang menangkis gagang pedangku. Di siang hari bolong belum tentu<br />

tak ada yang lihat.”<br />

Dengan berkata begitu, Song Ceng Soe balas menuduh, bahwa si pengemislah yang sudah<br />

main gila dan sengaja melepaskan Tio Beng. Ciang pang Liong tauw adalah seorang<br />

berangasan. Mana bisa ia menelan hinaan itu? “Binatang!” bentaknya. “Kau tidak<br />

mengindahkan orang yang lebih tua. Apakah di tempat ini kau masih mau mengandalkan<br />

pengaruh Boe tong pay?” Seraya berkata begitu, ia menghantam kepala Song Ceng Soe<br />

dengan tongkatnya. Dalam kegusarannya, ia menggunakan te<strong>naga</strong> dalam yang dahsyat.<br />

Song Ceng Soe segera menangkis tanpa sungkan sungkan lagi. Tongkat itu meskipun terbuat<br />

daripada bambu sangat ulet dan keras dan babatan pedang tidak dapat memutuskannya.<br />

Begitu kedua senjata beradu, Song Ceng Soe merasa telapak tangannya terbeset. Ia kaget, si<br />

pengemis ternyata mempunyai Lweekang yang sangat kuat dan lebih unggul daripada te<strong>naga</strong><br />

dalamnya. Di lain pihak, si pengemis merasa lengannya kesemutan. Ia juga terkejut, sebab ia<br />

tak duga pemuda itu memiliki Lweekang yang sedemikian kuat. “Bocah she Song!”<br />

bentaknya. “Berani sungguh kau melawan aku. Apakah kau suruhan musuh untuk menjadi<br />

mata mata di sini?” Sambil mencaci ia menghantam lagi.<br />

Tiba tiba seseorang melompat keluar dan menangkis pukulan itu. “Liong tauw toako sabar<br />

dulu,” katanya. Orang itu adalah Tan Yoe Liang.<br />

“Tan Heng tee, aku minta kau menimbang urusan ini,” kata Ciang pang Liong tauw.<br />

“Mana si perempuan siluman?” tanya Tan Yoe Liang.<br />

“Dilepaskan oleh dia,” kata Ciang pang Liong tauw sambil menuding Song Ceng Soe.<br />

“Bukan aku, dia yang melepaskannya,” balas Song Ceng Soe.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1150

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!