20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Mengingat kejadian dahulu bukan main rasa terharunya. Mimpipun tak pernah mimpi, bahwa<br />

hari ini ia bisa kembali seorang Kauwcoe dari satu agama yang sangat besar pengaruhnya<br />

pada jaman itu.<br />

Tiga hari kemudian tibalah harian Tiongcioe. Di tengah-tengah lapangan Ouw tiap kok yang<br />

luas didirikan sebuah panggung tinggi dan di depan panggung dinyalakan api koen boen, yang<br />

sangat besar.<br />

Sesudah semua pemimpin Beng kauw berkumpul, Boe Kie segera naik ke atas panggung dan<br />

dengan suara lantang mengumumkan bahwa Beng kauw sudah menghentikan permusuhan<br />

dengan berbagai partai persilatan di wilayah Tionggoan dan bahwa sekarang Beng kauw<br />

berusaha dengan sekuat te<strong>naga</strong> utnu mengusir penjajah Goan dari tanah air. Sesudah itu, ia<br />

membaca peraturan-peraturan agama yang bertujuan untuk menyingkirkan penjahat dan<br />

menolong sesama manusia yang memerlukan pertolongan.<br />

Pengumuman itu disambut oleh sorak sorai gegap gempita. Dalam suasana riang gembira dan<br />

dengan semangat bergelora para hio coe dan yang lain-lain memasang hio dan bersumpah<br />

untuk mentaati pesan Kauwcoe. Hari itu dian berkobar-kobar, wangi hio dapat diendus di<br />

seluruh selat. Sesudah terpecah belah begitu lama, Beng Kauw sekarang bersatu kembali.<br />

Semua orang mengakui, bahwa di dalam Beng Kauw belum pernah tercapai persatuan yang<br />

sedemikian kokoh dan diantaranya banyak yang mengucurkan air mata kegirangan.<br />

Sesudah itu Boe Kie membuat lain pengumuman yang berbunyi sebagai berikut:<br />

Menurut kebiasaan agama kita, kita semua tidak makan makanan yang asalnya berjiwa. Tapi<br />

dalam menghadapi kelaparan, manusia harus makan apapun juga yang bisa dimakan. Apa<br />

pula hari ini kita harus bertekad untuk melakukan satu pekerjaan besar, yaitu mengusir Tat<br />

coe (orang Mongol) dari tanah air kita. Kalau kita tetap tidak makan makanan berjiwa, maka<br />

te<strong>naga</strong> atau semangat kita akan berkurang dan kita sukar untuk menunaikan tugas tugas yang<br />

berat itu. Maka itulah, mulai dari sekarang, kami mulai menghapuskan peraturan yang<br />

melarang anggota-anggota makan makanan berjiwa dan minum arak. Sebagai manusia yang<br />

hidup dalam dunia ini, kita harus mementingkan urusan besar. Soal makan adalah soal remeh<br />

yang bisa diubah sesuai dengan keadaan.<br />

Malam itu, dibawah sinar rembulan, beberapa ribu pemimpin Beng kauw makan minum<br />

sepuas hati dan pesta baru berakhir setelah terang tanah.<br />

Sesudah mengaso sampai kira-kira tengah hari, Boe Kie bangun dan mandi. Baru saja dia<br />

selesai berpakaian, seorang anggota melaporkan bahwa Cioe Coan Ciang, Cie Tat dan<br />

beberapa anggota lain dari Ang soei kie minta bertemu.<br />

Boe Kie girang dan lalu keluar menyambut. Begitu melihat Boe Kie, Cioe Coan Ciang, Cie<br />

Tat, Thong Ho, Teng Jie, Hoa In, Gouw Liang dan Gouw Tin yang menunggu di luar pintu,<br />

lantas saja memberi hormat dan membungkuk.<br />

Cepat-cepat Boe Kie membalas hormat. Di depan matanya lantas saja terbayang kejadian<br />

pada hari itu, pada waktu Cie Tat menolong jiwanya. Dengan tangan kiri menuntun Coe Goan<br />

Ciang dan tangan kanan menuntun Cie Tat, ia mengajak semua orang memasuk ke dalam.<br />

Sesudah meminta maaf, Coe Goan Ciang dan kawan-kawannya baru berani duduk di kursi.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 930

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!