20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

asbes. Kalau kain itu kotor, cara mencucinya adalah memasukannya kedalam api dan begitu<br />

dikeluarkan dari api, warnanya sudah putih kembali seperti sediakala. Menurut pendapatku,<br />

kera itu tidak banyak berbeda dengan tikus yang dituturkan Soehoe."<br />

So So tertawa. "Jika bulu Saudara Kauw jie rontok, aku akan membuat kain untukmu!" kata<br />

nya. "Tapi paling sedikit kau harus berusia dua atau tiga ratus tahun."<br />

Sesudah mempunyai api, segala apa beres, mereka masak air, memasak daging dan membuat<br />

satu dua rupa masakan. Sedari perahu tenggelam, belum pernah mereka merasakan makanan<br />

matang. Sekarang secara tidak diduga duga, mereka dapat makan telapak kaki biruang yang<br />

kesohor lezat dan dapatlah dibayangkan kegembiraan mereka. Si kera merah yang tidak<br />

makan lain daripada otak biruang, pergi kehutan untuk mencari buah-buahan.<br />

Madam itu, sesudah makan kenyang, Coei San dan So So tidur didalam guha diantara bau<br />

wangi dari berbagai macam bunga yang luar biasa.<br />

Keesokan paginya, Coei San keluar dari guha dan dengan hati lapang ia memandang ketempat<br />

jauh.<br />

Tiba-tiba ia melihat seorang yang bertubuh tinggi besar berdiri tegak diatas batu cadas<br />

dipinggir laut. Ia kaget bukan main, karena orang itu bukan lain dari pada Cia Soen! Sesudah<br />

mengalami penderitaan yang sangat hebat, ia dan isterinya mendarat dipulau yang indah itu.<br />

Tapi baru saja menikmati penghidupan bahagia dan tenteram beberapa hari, si memedi sudah<br />

muncul lagi.<br />

Dilain saat, ia lihat Cia Soen jalan mendatangi dengan badan bergoyang goyang. Ternyata,<br />

sesudah matanya buta, ia tidak dapat menangkap ikan atau <strong>membunuh</strong> biruang, sehingga<br />

sedari hari itu, ia tak pernah menangsal perut dan biarpun badannya kuat luar biasa, ia tak<br />

dapat mempertahankan diri lagi.<br />

Sesudah berjalan belasan tombak, badannya kelihatan bergemetar dan rubuh diatas tanah.<br />

Buru-buru Coei San kembali keguha. Begitu melihat suaminya, So So bersenyum seraya<br />

berkata: "Ngo .."<br />

Ia tidak meneruskan perkataannya sebab melihat paras sang suami yang suram.<br />

Sesudah berhadapan dengan isterinya, Coei San berkata dengan suara perlahan: "Si orang she<br />

Cia ada disini!"<br />

So So melompat bangun seperti orang dipagut ular. "Dia sudah lihat kau ?" bisiknya. Tapi<br />

saat itu juga ia ingat, bahwa Cia Soen sudah buta dan hatinya jadi lebih tenang. "Ngoko, kau<br />

tak usah takut," katanya pula. "Masakan kita berdua, ditambah lagi dengan Kauw jie, tidak<br />

dapat melawan seorang buta?"<br />

Coei San manggut-manggutkan kepalanya. "Dia rubuh pingsan karena kelaparan" katanya.<br />

"<strong>Mar</strong>i kita tengok," kata sang isteri sambil merobek ujung bajunya kemudian dirobek lagi jadi<br />

empat potong kecil. Dua segera dimasukkan ke dalam kupingnya dan yang dua lagi<br />

diserahkan kepada suaminya. Dengan tangan kanan mencekal pedang dan tangan kiri<br />

menuntun si kera merah, ia segera mengikuti Coei San untuk menengok Cia Soen.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 223

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!