20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Pada waktu itu, Boe Kie baru berusia kira-kira lima belas tahun. Tanpa sesuatu yang luar<br />

biasa, baik dari muka, maupun dari potongan badannya. Maka itu, Wie Pek dan Boe Ceng<br />

Eng segera menduga, bahwa ia adalah pelayan di lapangan berlatih silan dan sudah<br />

mendengar nama ilmu pukulan itu.<br />

Tapi Coe Kioe Tin sendiri tahu, bahwa hal tiu tak akan bisa kejadian. Oleh karena, setiap kali<br />

mengajar ilmu silat, ayahnya tak pernah mengijinkan hadirnya siapapun jua dalam lapangan<br />

berlatih. Apakah ia mencuri belajar?tanyanya di dalam hati. Memikir begitu, ia lantas saja<br />

membentak, Hei! Siapa namamu? Bagaimana kau tahu ilmu silatku dinamakan Tay Kant<br />

Tong Ki Hoat?<br />

Mendengar si nona menanyakan namanya, Boe Kie merasa sangat berduka.<br />

Bukankah aku sudah memberitahukan Kau? pikirnya. Kalau begitu, kau sedikitpun tak<br />

memperhatikan aku, ia lantas menjawab Namaku Thio Boe Kie, aku hanya bicara secara<br />

sembarangan.<br />

Oh,..sekarang aku ingat, kata Kioe Tin.<br />

Kau adalah bocah yang pernah digigit oleh anjing-anjingku, ia lebih jadi bercuriga, sebab ia<br />

lantas saja ingat bahwa dengan sekali pukulan saja, anak itu telah menghancurkan kepala Co<br />

Ciangkun sehingga dia pasti memiliki ilmu silat yang tidak boleh dipandang enteng. Apakah<br />

dia seorang mata-mata yang dikirim oleh musuh ayahku? tanyanya di dalam hati. Tanpa<br />

mencuri, anak yang begitu kecil tak mungkin mengenal ilmu silat yang paling diandalkan oleh<br />

ayahku.<br />

Tapi, baru saja ia berniat untuk menyelidiki lebih lanjut, tiba-tiba ia melihat Wie Pek dan Boe<br />

Ceng Eng sedang bicara bisik-bisik sambil duduk berendeng. Rasa cemburu lantas saja timbul<br />

dalam hatinya dan ia tidak memperdulikan Boe Kie lagi. Ceng Moay! teriaknya. aku dan<br />

Piauw Ko sudah memperlihatkan keburukan kami. Kuharap kaupun suka mempertunjukkan<br />

ilmu silatmu yang tinggi.<br />

Entah disengaja, entah tidak, Wie Pek dan Boe Ceng Eng tidak meladeni teriakan itu.<br />

Kioe Tin naik darah, Biarpun Pit Hoatku sangat sederhana, tapi belum tentu ilmu silat<br />

keluarga Boe bisa melawannya, katanya dengan suara dingin.<br />

Nona Boe mengangkat kepalanya dan membalas dengan suara yang sama dinginnya. Soe Kokoe<br />

tahu, bahwa kau seorang yang mau menang sendiri sehingga ia sengaja mengalah<br />

terhadapmu, Hm!....Tapi kau tergirang-girang.<br />

Siapa mau dia mengalah? bentak Kioe Tin dengan keras. Dapatkah dia memecahkan pukulan<br />

Siang Koat Kwi Goan (Siang Koat Kwi Goan Dua Ranggon terangkap menjadi satu. Jurus<br />

terakhir Kioe Tin yang menyebabkan menyerahnya Wie Pek)<br />

Kau kira kami berdua manusia-manusia tolol yang tidak mengenal syair? Syair-syair Tay<br />

Kang Tong Ki dari Souw Pong To? Tanya Ceng Eng. Kalau Soe Ko tidak mengenal ilmu<br />

silatmu, mengapa ia justru menyerah kalah pada akhiran sebaris syair? Ia menyerah pada<br />

detik kau mengakhiri huruf goat (rembulan) dari baris syair yang berbunyi It Coen Hoan Cioe<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 548

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!