20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

“Cie Jiak lompatlah! bentak Biat coat.<br />

“Soeboe, sesudah kau, baru aku, jawabnya.<br />

Sekonyong-konyong si nenek melompat dan menghantam pundak Hoan Yauw. “Bangsat Mo<br />

kauw mampus kau! teriaknya.<br />

Sambil tertawa nyaring Hoan Yauw berkelit dan menerjun ke bawah. Boe Kie segera<br />

menyambutnya dengan tepukan Kian kun tay lo ie Sin kang. “Hoan Yoesoe, kau telah<br />

berhasil dan kami menghaturkan terima kasih, kata Thio Kauwcoe.<br />

“Ini semua bukan jasaku, jawabnya dengan merendahkan diri. “Kalau Kauwcoe tak menolong<br />

dengan sin kang, semua orang akan menjadi babi panggang di puncak menara.<br />

Melihat Hoan Yauw sudah melompat ke bawah, sambil menghela napas Biat coat memeluk<br />

pinggang muridnya dan segera meninggalkan puncak menara yang hampir roboh. Waktu<br />

terpisah kira-kira setombak dari bumi, mendadak ia mendorong dengan kedua tangannya,<br />

sehingga tubuh nona Cioe mengapung ke atas kurang lebih setombak, sedang te<strong>naga</strong> jatuh si<br />

nenek sendiri jadi makin hebat.<br />

Sambil mengawasi dengan mata tajam, Boe kie menepuk pinggang Biat coat dengan Kian<br />

koen tay loe ie sin kang. Di luar dugaan, Biat coat yang telah mengambil keputusan untuk<br />

mati dan sungkan menerima budinya Beng kauw, sekonyong-konyong menghantam dengan<br />

seantero sisa te<strong>naga</strong>nya. Dengan bentroknya kedua tangan Sin kang terdorong ke lain arah<br />

dan “bruk si nenek ambruk di tanah dengan patah beberapa tulangnya, Boe kie sendiri merasa<br />

dadanya menyesak dan ia terhuyung beberapa tindak. Ia sungguh tidak mengerti sikap si<br />

nenek, karena pukulannya itu berarti <strong>membunuh</strong> diri sendiri.<br />

Cie Jiak menubruk dan memluk tubuh gurunya, “Soeboe… soeboe…., jeritnya dengan suara<br />

menyayat hati. Para murid Go bie segera mengerumuni sang guru.<br />

Perlahan lahan Biat coat Soethay membuka kedua mata. “Cie Jiak, katanya dengan suara<br />

lemah, “mulai hari ini kau menjadi Ciang boenjin dari partai kita. Apakah kau masih mau<br />

berjanji untuk menaati perintahku?<br />

“Ya… soeboe…<br />

Si nenek tersenyum. “Kalau begitu, bisiknya, “aku bisa mati dengan mata meram…<br />

Sesaat itu Boe Kie menghampiri dan memegang nadi si nenek untuk melihat apa orang tua itu<br />

masih bisa ditolong. Tiba tiba Biat coat membalik tangannya dan mencengkeram pergelangan<br />

Boe Kie. “Murid cabul Mo kauw! bentaknya. “Jika kau menodai kesucian muridku, biarpun<br />

sudah menjadi setan aku tak akan mengampuni… Ia tak bisa meneruskan perkataannya dan<br />

segera menghembuskan napas yang penghabisan, tapi jari-jari tangannya masih tetap<br />

mencekal pergelangan tangan Boe Kie.<br />

Mendadak terdengar teriakan Hoan Yauw, “Semua orang ikut aku! Kita keluar dari pintu kota<br />

sebelah barat. Kalau terlambat tentara musuh bangsat itu akan mengepung kita.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1004

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!