20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

"Thio Cinjin, kau adalah penolong jiwaku," kata Siang Gie Coen sesudah selesai bersantap.<br />

"Sesudah kau tahu siapa adanya aku, akupun tak perlu menggunakan tedeng-tedeng lagi. Aku<br />

adalah seorang anggauta Beng kauw yang mengabdi kepada Beng coen. Agama kami dibenci<br />

oleb kerajaan, dipandang rendah oleh partai-partai persilatan yang lurus dan bahkan diejek<br />

oleh orang-orang "sejalan hitam" (kawanan perampok). Tapi Thio Cinjia sendiri, malah<br />

sesudah mengetahui asal usul kami, masih rela menyodorkan tangan untuk menolong kami.<br />

Budi yang sangat besar itu tak akan dapat dibalas."<br />

Pemimpin besar dari "agama" sesat itu dinamakan "Mo-ni", sedang para penganut<br />

memanggitnya dengan panggilan "Beng coen". Mereka menamakan "agama" mereka sebagai<br />

"Beng kauw." (Agama terang), sedang orang luar memberi nama "Mo kauw" atau Agama<br />

siluman.<br />

Sam Hong mengawasi Gie Coen dengan mata tajam dan berkata: "Siang Enghiong...."<br />

"Lo too ya," memutus Gie Coen, "janganlah kau menggunakan kata-kata enghiong. Panggil<br />

saja namaku, Gie Coen."<br />

"Baiklah," kata guru besar itu sambil mengangguk. "Gie Coen, berapa usiamu sekarang?"<br />

"Baru masuk duapuluh tahun," jawabnya.<br />

Sam Hong mengawasi pemuda itu. Ia kelihatannya banyak lebih tua lantaran berewoknya<br />

yang tebal. Dari suara dan gerak-geriknya, ia memang masih muda sekali.<br />

Sam Hong manggut-manggutkan kepalanya. "Kau baru saja masuk usia dewasa, masih muda<br />

sekali," katanya. "Biarpun kau sudah masuk kedalam agama sesat, masih belum terlalu dalam.<br />

Jika kau mau memutar kepala, masih belum terlambat. Aku ingin mempersembahkankan<br />

dengan beberapa perkataan dan aku harap kau tidak menjadi gusar."<br />

"Ajaran Tootiang tentulah juga berharga seperti emas dan batu kumala," kata pemuda itu<br />

sambil membungkuk. "Mana bisa aku merasa gusar?"<br />

"Baiklah", kata guru besar itu. "Aku ingin menasehati supaya kau cepat-cepat mencuci hari<br />

dan mengubah muka supaya kau segera meninggalkan agama yang sesat itu. Manakala kau<br />

tidak mencela Boe tong pay yang ilmunya cetek, aku akan memerintahkan supaya muridku<br />

yang kepala, yaitu Song Wan Kiauw, menerima kau sebegai murid. Dihari kamudian kau<br />

akan bisa mengangkat muka dan tidak seorangpun berani memandang rendah lagi kepadamu."<br />

Jilid 21_______________<br />

Song Wan Kiauw adalah kepala dari Boe tong cit hiap dan namanya telah menggetarkan<br />

seluruh Rimba Persilatan. Bagi ahli silat yang biasa untuk menemuinya saja, sudah bukan<br />

gampang. Dalam beberapa tahun yang belakangan, baru Boe tong Cit hiap mulai menerima<br />

murid. Tapi dalam penerimaan murid itu selalu dilakukan pemilihan dan penyaringan yang<br />

sangat keras. Hanyalah orang orang yang berbakat dan beradat baik barulah di terima menjadi<br />

anggauta Boe tong pay. Siang Gie Coen adalah seorang anggauta "agama" sesat. yang<br />

dipandang jijik oleh masyarakat seumumnya. Maka itu tawaran Thio Sam Hong merupakan<br />

juga rezeki luar biasa pemuda itu.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 398

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!