20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Jilid 4_________________<br />

Tapi si jubah sulam tidak menjawab, ia hanya tertawa dingin, mendadak ia memutar badan,<br />

disusul dengan suara "krak-krek" dari sikakek yang disebelah timur, terbang menghantam dan<br />

menjebloskan atap rumah, akan kemudian jatuh dipekarangan gedung !<br />

Kakek yang martilnya terbang, dapat berpikir cepat. Ia tahu, bahwa mereka tengah<br />

menghadapi musuh yang satu, pihaknya dan meskipun tiga lawan satu, pihaknya pasti bakal<br />

dapat dirobohkan. Maka itu, buru2 ia mengambil satu jepitan api untuk menjepit golok To<br />

Liong to.<br />

Pada waktu itu si kakek yang berdiri disebelah selatan, sudah siap sedia dengan senjata<br />

rahasianya dan menunggu kesempatan untuk menimpuk si jubah sulam. Akan tetapi karena<br />

gerakan pemuda itu gesit luar biasa, maka sedari tadi ia belum mendapatkan lowongan untuk<br />

menyerang. Sekarang, begitu lihat sikakek disebelah timur menangkat jepitan untuk menjepit<br />

To-Liong to hatinya terkesiap. Ia yakin, begitu lekas golok mustika itu jatuh kedalam tangan<br />

orang lain, ia sukar mendapatkannya kembali. Sesudah sikakek memiliki To liong to, mana<br />

mampu ia melawannya? Dalam bingungnya, ia jadi nekad dan bagaikan kilat, tangannya<br />

menyambar kedapur dan mencekel gagang golok.<br />

Meskipun tidak sampai lumer sebagai,akibat dari pembakaran yang sangat hebat itu, golok itu<br />

panas luar biasa. Begitu tangan sikakek mencekel gagang golok, uap putih mengepul keatas<br />

dan semua orang mengendus bau daging dibakar. Tapi ia seperti juga tidak merasa sakit dan<br />

membelatak, ia tetap mencekel gagang golok itu. Karena kaget, pertempuran terhenti dan<br />

semua orang berdiri terpaku. Dilain saat, kakek itu sudah melompat kebelakang dan<br />

kemudian, sambil menenteng To-liong-to, bagaikan seorang edan, ia kabur dari ruangan itu.<br />

Sijubah sulam tertawa dingin "Mana bisa begitu mudah?" katanya seraya turut melompat dan<br />

menjabret punggung sikakek yang lalu digentak kebelakang. Orang tua itu membalik<br />

tangannya dan To-Liong-to manyambar. Sebelum mata golok tiba, hawa panas sudah<br />

menyambar muka sijubah sulam, sehingga rambut dan alisnya lantas jadi hangus.<br />

Pemuda itu terkejut dan tak berani menyambut dengan tangannya. Cepat bagaikan kilat,<br />

kedua tangannya mendorong kedepan dan tubuh sikakek terbang kearah mulut dapur!"<br />

Jie Tay Giam yang sadari tadi menonton pertempuran itu sebenarnya tak ingin mencampuri<br />

sebab persoalan golok mustika tidak bersangkut paut dengan dirinya. Tapi pada detik jiwa<br />

sikakek terancam kebinasaan tanpa memikir panjang2 lagi, ia mengempos semangat dan<br />

melompat. Sedang badannya masih berada ditengah udara ia menjambret rambut orang tua itu<br />

law mengangkatnya keatas dan kemudian, dengan gerakan yang sangat indah ia hinggap<br />

diatas lantai. Lompatan itu yang merupakan ilmu mengentengkan badan paling tinggi dalam<br />

Rimba Persilatan dinamakan Tee in ciong "Lompatan awan tangga".<br />

Si jubah sulat dan Tiang-Pek-Sam-khim yang tadinya tidak memperhatikan padanya jadi<br />

kaget bukan main.<br />

"Bukankah lompatan itu Tee in ciong yang kesohor dikolong langit?" tanya pemuda itu.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 70

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!