20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

"Memang, diantara kami bertujuh, memang Jie ko yang berkepandaian paling tinggi," kata<br />

Coei San. "Hai! .... Selama sepuluh tahun Siauwtee tak pernah menerima pelajaran In soe dan<br />

diwaktu ini, siauwtee pasti menduduki kursi yang paling buncit." Waktu mengucapkan katakata<br />

itu, suaranya bernada sedih.<br />

"Akan tetapi, diantara kita bertujuh, kaulah yang Boen boe coan cay," kata Lian Cioe, "Tee<br />

hoe, aku sekarang ingin membuka suatu rahasia. Pada lima tahun berselang, ketika Soehoe<br />

merayakan ulang tahunnya yang kesembilan puluh lima, tiba-tiba paras muka beliau berubah<br />

sedih Sesudah menghela napas, beliau berkata: Diantara tujuh muridku, yang otaknya paling<br />

cerddas dan boen boe song coan hanyalah Coei San seorang. Aku sebenarnya mengharap,<br />

hahwa dihari kemudian ia akan bisa menjadi ahli warisku. Ah! .. Hanya sayang rejeki anak itu<br />

tipis sekali dan selama lima tahun, belum diketahui bagaimana nasibnya. Mungkin....<br />

mungkin sekali ia sudah mendapat kecelakaan"<br />

"Kau dengarlah, Teehoe. Apakah keliru, jika aku mengatakan, bahwa Ngotee paling disayang<br />

oleh Soehoe?"<br />

Mendengar itu, Coei San merasa berterima kasih dan terharu, sehingga air matanya lantas saja<br />

berlinang-linang.<br />

"Sekarang Ngotee sudah kembali dengan selamat dan pulangnya bersama-sama kalian, sudah<br />

merupakan antaran yang paling berharga untuk Soehoe," kata pula Lian Cioe.<br />

Bicara sampai disini sekonyong konyong terdengar suara kaki kuda yang di kaburkan digili<br />

gili sungai. Kuda-kuda itu mendatangi dari sebelah timur dan menurut kearah barat. Ditengah<br />

malam yang sunyi, suaranya terdengar tegas sekali dan dari suara tindakan bisa diketahui,<br />

bahwa jumlahnya empat ekor kuda.<br />

Lian Cioe bertiga saling mengawasi. Didalam hati mereka tahu, bahwa empat penungang<br />

kuda itu yang datang ditengah malam buta, kebanyakan mempunyai sangkut paut dengan<br />

mereka.<br />

Meskipun mereka sungkan mencari urusan, mereka bukan orang-orang yang takut mendapat<br />

urusan. Maka itu, biarpun bercuriga, mereka tenang tenang saja dan tidak membicarakan<br />

kejaran empat pengunggang itu.<br />

"Pada waktu aku turun gunung, Soehoe sedang menutup diri dan bersemedhi," kata pula Lian<br />

Cioe. "Menurut perhitungan, setibanya kita di Boe-tong, beliau sudah selesai."<br />

"Dulu ayah pernah memberitahukan kepadaku, bahwa selama hidup ia hanya mengagumi<br />

Thio Cinjin dan Kian boen tie seng, empat pendeta suci dari Siauw lim-pay," kata So So.<br />

"Tahun ini Thio Cinjin sudah mencapai usia seratus tahun dan dalam keagamaan, mungkin ia<br />

tidak mempunyai tandingan lagi didunia ini. Apakah beliau sedang mempelajari ilmu untuk<br />

hidup abadi?"<br />

"Bukan, Insoe sedang merenungkan ilmu silat," jawabnya.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba <strong>29</strong>3

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!