20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Si tua jadi lebih kaget lagi. Baru sekarang ia tahu, bahwa anak tanggung itu puteranya Thio<br />

Coei San. Buru-buru ia mencoba dan berkata.<br />

Saudara Thio, pada waktu ayahmu masih hidup, aku bersahabat baik dengannya. Bahwa ia<br />

telah <strong>membunuh</strong> diri sudah sangat mendukakan hatiku.<br />

Setelah kedua orang tuamu meninggal dunia, beberapa kali Soehoe menangis. Ciam Coen<br />

menambah dusta gurunya. Beliau sering mengatakan bahwa mendiang ayahmu adalah<br />

sahabatnya yang paling akrab.<br />

Boe Kie bersangsi, ia setengah percaya, setengah tidak. Tapi, sebagaimana telah dikatakan, ia<br />

adalah seorang yang mudah melupakan sakit hati lama. Maka itu, lantas saja berkata, Hoe jin<br />

(nyonya) bukan mendapat penyakit aneh. Ia kena racun dari Kim gin Hiat.<br />

Ular Kim gin Hiat? tegas guru dan murid itu hampir berbarengan. Mereka kaget dan heran,<br />

karena nama ular itu belum pernah didengar mereka.<br />

Benar, jawabnya. Akupun belum pernah melihat ular itu. Aku menarik kesimpulan itu karena<br />

muka Hoejin, lihatlah apa di situ terdapat luka gigitan yang sangat kecil.<br />

Ho Thay Ciong buru-buru menyingkap selimut yang menutupi tubuh Ngo kouw dan menarik<br />

jari kakinya. Benar saja di setiap ujung jari kaki terdapat luka besar yang berwarna hitam.<br />

Karena terlalu kecil, jika tidak diperhatikan, luka itu tidak kelihatan.<br />

Melihat begitu, si tua tidak menyangsikan lagi kepandaian Boe Kie. Benar, benar, katanya,<br />

Setiap ujung jari kakinya benar terluka. Saudara kecil kau sungguh pandai. Sesudah<br />

mengetahui sebab musebab penyakit itu, saudara kecil pasti dapat menyembuhkannya.<br />

Sesudah dia sembuh aku akan memberi hadiah yang besar. Ia berpaling kepada tujuh tabib<br />

tolol itu dan membentak, Kamu semua manusia tolol! Tabib goblok!<br />

Penyakit Hoejin memang luar biasa dan kita tak dapat menyalahkan mereka, kata Boe Kie,<br />

Ho Sianseng biarkanlah mereka pulang saja!<br />

Baik, baik, kata si tua. Sesudah saudara kecil berada di sini, memang perlu apa tabib-tabib<br />

goblok itu berdiam lebih lama lagi? Coen jin, berikan seratus tail perak kepada setiap orang<br />

dan suruh mereka pergi segera.<br />

Ketujuh tabib itu girang bukan main dan sesudah menerima hadiah, cepat-cepat mereka<br />

berlalu.<br />

Coba suruh beberapa bujang menggeser ranjang Hoe jin, kata Boe Kie. Di bawah kaki ranjang<br />

terdapat dua lubang kecil dan lubang itu adalah tempat keluar masuknya ular Kim gin Hiat.<br />

Tanpa meminta bantuan lagi, Ho Thay Ciong segera mencekal kaki ranjang yang lalu<br />

digesernya. Sesuai seperti yang dikatakan Boe Kie, di bawahnya terdapat lubang kecil.<br />

Si tua girang bercampur gusar. Lekas ambil belirang dan api! teriaknya, Begitu dia keluar aku<br />

akan cincang!<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 517

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!