20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Bangsat tua! Kalau kau benar-benar jagoan coba kau bertanding dengan tangan kosong<br />

melawan Can Siauwhiap.<br />

Kiam hoatmu cetek sekali. Yang diandalkan olehmu hanyalah pedang Ie thian kiam.<br />

Apa kau rasa kau bisa menang?<br />

Dan sebagainya.<br />

Biat coat tidak memperdulikan cacian dan ejekan itu. Hayo mulai! katanya dengan nyaring.<br />

Boe Kie sebenarnya belum pernah belajar ilmu pedang. Mendengar undangan si nenek ia<br />

bersangsi. Tiba-tiba ia ingat Liang gie Kiam-hoat dari Ho Thay Ciong yang lihay dan indah.<br />

Ia segera mengangkat pedang dan membabat. Siauw Pek Toan in dari Hwa san pay! seru Biat<br />

coat dengan heran (Siauw pek Toan in memapas tembok memotong awan).<br />

Bagaikan kilat si nenek menikam dari samping. Dalam gebrakan pertama itu, tanpa<br />

menangkis serangan, ia balas menyerang. Dengan lweekang yang hebat, ujung Ie thian kiam<br />

menyambar pusar pemuda itu.<br />

Boe Kie berkelit ke samping, tapi sebelum ia berdiri tegak pedang Biat coat sudah meluncur<br />

di tenggorokannya. Boe Kie terkesiap. Dengan bingung ia menggulingkan diri di tanah. Tapi<br />

sebelum ia melompat bangun, angin dingin sudah menyambar-nyambar di lehernya. Celaka!<br />

ia mengeluh, ujung kakinya menotol tanah dan badannya melesat ke atas. Ia berhasil<br />

menyelamatkan jiwa dari satu kedudukan yang hampir tidak mungkin dilakukan oleh seorang<br />

manusia. Baru saja hadirin mau bersorak, si nenek sudah melompat dan pedangnya diangkat<br />

untuk memapaki tubuh pemuda itu.<br />

Detik itu tubuh Boe Kie sedang melayang turun ke bawah. Karena berada di tengah udara, ia<br />

tidak bisa berkelit lagi. Ie thian kiam menyambar! Hati Boe Kie mencelos. Satu diantara dua:<br />

kalau bukan kedua kakinya, badannya akan terbabat kutung!<br />

Pada saat yang sangat berbahaya, Kian koen Tay lo ie memberi reaksi yang wajar. Tanpa<br />

memikir lagi, ia menyentuh ujung Ie thian kiam dengan ujung Pek hong kiam. Trang! Pek<br />

hong kiam melengkung dan membal. Dan dengan menggunakan te<strong>naga</strong> membal itu, badan<br />

Boe Kie sekali lagi melesat ke atas!<br />

Biat coat benar-benar tidak mengenal kasihan. Ia melompat dan membabat tiga kali beruntun.<br />

Badan Boe Kie sudah melayang ke bawah. Ia tidak bisa berbuat lain daripada menangkis<br />

Trang. Pek-hong kiam kutung dua! Dengan hati mencelos ia menepuk ubun-ubun (embunembunan)<br />

segera membabat pergelangan tangannya. Sebab babatan itu cepat luar biasa, ia<br />

tidak keburu menarik pulang tangannya. Dalam keadaan demikian, ia hanya bisa menolong<br />

diri dengan satu jalan. Dengan kecepatan yang hampir tiada taranya, ia menyentil badan Ie<br />

thian kiam dan berbareng dengan meminjam te<strong>naga</strong> sentilan itu, tubuhnya terbang ke tempat<br />

yang lebih selamat.<br />

Lengan Biat coat kesemutan, telapak tangannya seperti juga terbeset dan Ie thian kiam hampir<br />

terlepas dari tangannya! Ia terkesiap. Ia menengok dan Boe Kie dengan tangan mencekal<br />

peang buntung, berarti dalam jarak dua tombak lebih.<br />

Itulah gebrakan-gebrakan yang sungguh jarang terlihat dalam Rimba Persilatan!<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 798

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!