20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

mendengar lagumu pada beberapa hari yang lalu, aku telah menggubah sebuah lagu baru yang<br />

aku ingin mempersembahkan kepadamu untuk dinilai."<br />

"Lagu apa ?" tanya sinona.<br />

Tanpa menghiraukan tiga otang tua itu, ia lantas saja bersila diatas tanah, meletakkan<br />

khimnya dipangkuan dan lalu menyetel tali2 nya.<br />

Melihat begitu, Phoa Thian Keng lalu mendekati dan berkata. "Tuan sudah merobohkan<br />

kedua Soeteeku dan sekaranglah aku yang ingin meminta pengajaranmu."<br />

Ho Ciok Too menggelengkan kepalanya beberapa kali. "Tidak, sudah cukup," katanya.<br />

"Pertandingan silat tidak menimbulkan banyak kegembiraan. Sekarang aku ingin memetik<br />

khim untuk diperdengaran kepada Kwee Kouwnio. Laguku adalah sebuah lagu baru. Jika<br />

suka, kalian boleh duduk mendengari. Kalau tidak, kalian<br />

merdeka untuk berlalu." Sehabis berkata begitu, jari2 nya mulai memetik tetabuhan itu.<br />

Sesudah mendengari beberapa saat, Kwee Siang jadi kaget bercampur girang. Semenjak<br />

belajar memetik khim, belum pernah ia mendengar lagu yang begitu luar biasa. Luar biasa,<br />

karena lagu itu merupakan kombinasi dari lagu Ko-phoa yang pernah diperdengarkan olehnya<br />

dan lagu Kian kee (nama semacam rumput). Kedua lagu itu yang sebenarnya sangat<br />

berbedaan telah digubah begitu rupa sehingga merupakan sebuah lagu baru yang sangat<br />

merdu dan harmonis, Syair lagu ini antara lain berbunyi.<br />

Siorang pertapaan.<br />

Berkelana dipegunungan<br />

Rumput,Kian kee hijau2.<br />

Embun berubah menjadi salju.<br />

Dan sidia.<br />

Berada disatu sudut dunia<br />

Mendengar sampai disitu, hati sinona berdebaran. "Siapa sidia ?" tanyanya dihati. "Apa<br />

dimaksudkan aua ? Mengapa suara khim itu sedemikian merdu dan mengharukan hati?"<br />

Mengingat begitu, mukanya lantas saja bersemu dadu. Ia merasa kagum bukan main, sebab<br />

dalam kombinasi itu, yang telah merupakan sebuah lagu Kian kee masih bisa<br />

mempertahankan kepribadiannya sendiri.<br />

Phoa Thian Keng dan kedua Soeteenya, yang tidak mengerti ilmu musik, jadi mendongkol<br />

bukan main. Disamping cara2 Ho Ciok Too yang terus memetik tali2 khim tanpa<br />

memperdulikan mereka, dianggapnya sebagai suatu hinaan.<br />

Sesudah mendengari beberapa saat, Phoa Thian Kheng tidak dapat menahan sabar lagi. Ia<br />

mendekati dan sambil menotok pundak kiri Ho Ciok To dengan ujung pedang, ia membentak.<br />

"Bangun kau ! <strong>Mar</strong>i kita jajal kepandaian."<br />

Ho Ciok Too yang sedang memusatkan seluruh semangat kepada tetabuhannya, seolah olah<br />

tidak mendengar tantangan itu. Ia seperti juga sedang berkelana disatu pegunungan yang amat<br />

indah dan dari jauh ia melihat seorang gadis jelita yang tengah berdiri diatas sebuah pulau<br />

kecil yang dikurung air...<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 38

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!