20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

kedalam gubuk Kie Siauw Hoe. Jantungnya berdebar keras dan jiwa kesatrianya tampil<br />

kemuka. "Apa dia mau menganiaya atau menghina Kie Kouw kouw?" tanyanya pada diri<br />

sendiri. "Meskipun aku bukan tandingannya, tak dapat aku mengawasi dengan berpeluk<br />

tangan. Ia melompat keluar jendela dan indap indap, ia mendekatii gubuk Kie Siauw hoe.<br />

Gubuk tersebut yang terbuat dari alang-alang hanya untuk menedeng angin dan embun,<br />

didalamnya kosong melompong, tiada sekosol, tiada aling aling apapun jua. Dengan hati<br />

bergoncang, Boe Kie mengintip dari belakang gubuk. Ia melihat sang bibi bersama puterinya<br />

sedang pulas nyenyak diatas setumpuk rumput rumput kering.<br />

Sekonyong Ouw Ceng Goe merogo saku dan mengeluarkan sebutir pel, yang lalu<br />

dicemplungkan kedalam mangkok obat Siauw Hoe. Sesudah itu ia memutar badan dan terus<br />

berjalan keluar. Sekelebatan Boe Kie melihat, bahwa muka orang tua itu masih ditutup<br />

dengan topeng kain hijau.<br />

Boe Kie mengeluarkan keringat dingin. Baru sekarang ia tahu, bahwa Ouw Ceng Goe lah<br />

yang sudah menaruh racun, sehingga para penderita tak bisa menjadi sembuh.<br />

Sesudah keluar dari gubuk Siauw Hoe, Ceng Goe masuk kegubuk yang lain, dimana dia<br />

berdiam agak lama. Boe Kie mengerti, bahwa untuk meracuni keempatbelas orang dengan<br />

racun yang berbeda-beda, si tua memerlukan tempo yang lebih banyak. Dilain saat si bocah<br />

sudah masuk kedalam gubuk dan mencium mangkok obat Siauw Hoe. Di dalam mangkok<br />

terisi godokan Pat sian thung dan ia telah memesan supaya begitu bangun tidur, Kouw-kouw<br />

segera minum obat itu. Tapi sekarang godokan itu mengeluarkan bau-bauan yang masuk<br />

hidung. Sekonyong-konyong terdengar pula suara tindakan kaki. Buru buru Boe Kie<br />

merebahkan diri diatas tanah. Ia tahu, bahwa Ouw Ceng Goe sudah kembali kekamar<br />

tidurnya.<br />

Sesudah menunggu beberapa lama, ia segera menaruh mangkuk obat keluar dari gubuk itu.<br />

"Kie Kouw-kouw! Kie Kouw-kouw!" ia memanggil manggil dengan suara perlahan.<br />

Sebagai seorang ahli silat, menurut pantas Siauw Hoe mudah tersadar, tapi sesudah si bocah<br />

memanggil berulang-ulang, ia masih pulas terus. Karena terpaksa, Boe Kie lalu masuk pula<br />

dan menggoyang-goyangkan badan bibinya berulang kali. Dengan kaget Siauw Hoe tersadar.<br />

"Siapa?" tanyanya.<br />

"Kouw-kouw, aku.... " bisiknya. "<strong>Mar</strong>i kita keluar."<br />

Siauw Hoe mengerti, bahwa kedatangan Boe Kie ditengah malam tentulah disebabkan oleh<br />

kejadian penting. Perlahan-lahan ia menarik lengannya yang ditandalkan dibawah kepala<br />

puterinya dan kemudian keluar dari gubuknya bersama sama si bocah.<br />

"Kie Kouw-kouw," bisik Boe Kie, "orang telah menaruh racun dimangkok obatmu. Buanglah<br />

obat itu, tapi jagalah, jangan sampai diketahui orang. Besok aku akan memberi penjelasan<br />

kepadamu"<br />

Siauw Hoe manggutkan kepalanya dan Boe Kie segera kembali kekamarnya. Karena kuatir<br />

ketahuan, ia masuk dengan melompati jendela.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 457

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!