20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Jilid 36______________<br />

Mana berani aku bertanding dengan Soethay? kata Boe Kie, Aku hanya mengharap supaya<br />

Soethay suka menaruh belas kasihan.<br />

Can Siangkong, tak usah banyak bicara dengan bangsat tua itu! teriak Gouw Kin Co. Kami<br />

lebih suka mampus daripada menerima belas kasihannya yang diliputi kepalsuan.<br />

Biatcoat mengawasi Bie Kie dengan sroto mata tajam. Siapa gurumu? tanyanya.<br />

Goe Kie berpikir sejenak. Ayah dan ayah angkatku pernah mengajar ilmu silat kepadaku tapi<br />

mereka bukan guruku, katanya didalam hati. Maka itu, ia lantas saja menjawab, Aku tidak<br />

punya guru.<br />

Jawaban itu mengejutkan semua orang. Dalam Rimba Persilatan, seorang guru sangat<br />

dihormati. ADalah lumarh jika seorang murid tidak mau menyebutkan nama gurunya, tapi tak<br />

mungkin terjadi bahwa seoran gyan gmempuynya guru mmengatakan tak punya guru. Makau<br />

itu kalau Boe Kie mengatakan tak punya guru, ia pasti tak punya guru.<br />

Sekarang Biatcoat tak mau banyak omong lagi. Sambutlah! katanya seraya menepuk dengan<br />

tangannya.<br />

Boe Kie tidak bisa tidak melawan. Sambil mengerahkan Lweekang, ia mendorong dengna<br />

kedua tangannya untuk menyambut pukulan si nenek. Mendadak Biatcoat menundukkan<br />

tangannya dan bagaikan seorang ikan kecil, tangan itu melejit dari sambutan Boe Koe. Akan<br />

kemudian bagaikan kilat, menyambar kedada pemuda itu. Dalam kagetnya, te<strong>naga</strong> Kioe-yang<br />

Sin kang dalam tubung Boe Kie keluar secara wajar. Pada detik kedua te<strong>naga</strong> hampir beradu,<br />

te<strong>naga</strong> pukulan Biatcoat mendadak menghilang. Dengan tercengang Boe Kie mengawasi si<br />

nenek. Pada saat itulah, mendadak ia merasa dadanya seperti dipukul martil, kakinya<br />

bergoyang dan ia berjumpalitan beberapa kali. Uah! ia memuntahkan darah dan roboh.<br />

Te<strong>naga</strong> pukulan Biatcoat yang sebentar ada dan sebentar hilang, sungguh2 merupakan ilmu<br />

yag sudah mencapai puncak kesempurnaan. Tanpa merasa, dengan serentak semua orang<br />

bersorak sorai.<br />

Sambil mengeluarkan teriakan menyayat hati Coe Jie melompat dan berlari2 menghampiri<br />

AGoe Koko, kau katanya seraya coba membangunkannya.<br />

Boe Kie merasa dadanya menyesak. Ia menggoyang2kan tangannya dan kemudian berkaa<br />

dengan suara perlahan. Jangan kuatir, aku tak mati. Perlahan2 ia merangkak bangun.<br />

Biatcoat menengok pada tiga murid perempuannya dan berkata Putuskan lengan kanan semua<br />

siluman itu!<br />

Baik, jawab mereka seraya bertindak kearah orang2 Swie Kim Kie.<br />

Biatcoat Soethay, kata Boe Kie tergesa2.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 668

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!