20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Sementara itu, Boe Kie terus berlagak pulas. Sesudah lewat sekian lama, barulah datang<br />

seorang pendeta kecil yang membawa makanan dan sesudah ia selesai bersantap, pendeta itu<br />

lantas saja berkata: "Siauwsiecoe, ikutlah aku."<br />

"Kemana?" tanyanya.<br />

"Hong thio memerintahkan aku membawamu kepada seseorang."<br />

"Kepada siapa ?" tanya lagi Boe Kie.<br />

"Hong thio memesan supaya aku jangan banyak bicara." jawabnya.<br />

Boe Kie mengeluarkan suara dihidung. Diam diam ia mentertawai Kong boen bertiga, sebab<br />

ia sendiri sudah tahu, bahwa ia bakal dibawa kepada Goan tin Hweshio.<br />

Tanpa menanya lagi, ia lalu mengikuti pendeta kecil itu. Sesudah melewati belasan gedung<br />

dan banyak pekarangan, sehingga Boe Kie merasa sangat kagum akan luas dan megahnya<br />

Siauw lim sie, barulah mereka tiba disebuah bangunan kecil yang dikurung dengan pohon<br />

pohon siong dan pek. Sambil berdiri didepan tirai pintu, pendeta kecil<br />

itu berseru: "Siauwsiecoe sudah tiba!"<br />

"Masuk," demikian terdengar suara seseorang.<br />

Boe Kie lantas saja mendorong pintu dan bertindak masuk, sedang si pendeta kecil lalu<br />

mengunci pintu.<br />

Si bocah mengawasi kesekitarnya. Kamar itu ternyata sebuah kamar kosong. Kecuali<br />

selembar tikar ditengah tengah, tidak terdapat apapun jua.<br />

Sesudah mendengar bahwa Goan tin akan memberi pelajaran dengan cara "Kay tiang Coan<br />

kang", ia menduga bahwa dalam kamar itu dipasang semacam tirai. Di luar dugaan, kamar itu<br />

bukan saja kosong melompong, tapi juga tidak mempunyai lain pintu sehingga tak dapat<br />

ditebak dari mana datangnya suara manusia yang barusan. Selagi ia terheran-heran tiba-tiba<br />

terdengar pula suara itu: "Duduk! Dengarlah aku segera menghafal Siauw lim Kioe yang<br />

kang. Aku hanya akan menghafal satu kali. Terserah kepadamu, berapa banyak yang bisa<br />

diingat olehmu. Hong thio telah memerintahkan aku memberi pelajaran itu kepadamu. Aku<br />

menurut perintah. Tapi apa kau mengerti atau tidak adalah urusanmu sendiri."<br />

Boe Kie memasang kuping. Sekarang barulah ia tahu bahwa suara itu datang dari tembok<br />

sebelah dan Goan tin hweeshio berdiam dikamar sebelah. Pada hakekatnya, mengirim dari<br />

alingan tembok bukan kepandaian luar biasa. Siapapun jua dapat melakukannya. Apa yang<br />

luar biasa yalah suara Goan tin kedengarannya tegas sekali, seperti juga ia bicara berhadap<br />

hadapan. "Lweekang pendeta itu sungguh hebat," kata Boe Kie didalam hati.<br />

Sesaat kemudian, oraag itu berkata perlahan lahan: "Tubuh berdiri tegak, kedua tangan yang<br />

dirangkapkan ditaruh didada, hawa tenang, semangat dipusatkan, hati tenteram, paras muka<br />

mengunjuk sikap menghormat. Inilah jurus pertama yang dinamakan Wie hok Yan couw (Wie<br />

Hok mempersembahkan gada). Ingatlah!"<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 383

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!