20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Boe Kie bukan saja memilik lweekang yang sangat kuat. Tapi juga mahir dalam ilmu<br />

ketabiban. Maka itu sesudah dibantu kira-kira setengah jam dengan lweekang Boe Tong Pay<br />

yang murni, perlahan-lahan Tio Beng tersadar. Sesudah itu, Boe Kie lalu memasukkan Kioe<br />

Yang Cin Khie ke dalam tubuh si nona. Setengah jam kemudian fajar menyingsing. Tiba-tiba,<br />

“Uah!” Tio Beng muntah dara, ia tersadar seluruhnya. “Apa mereka sudah pergi? Apa mereka<br />

bertemu dengan kau?” bisiknya.<br />

Mendengar pertanyaan yang penuh kasih sayang itu, bukan main rasa terharunya Boe Kie.<br />

“Mereka tidak menemukan aku,” jawabnya. “ah! …. Karena kau, kau sangat menderita…. “<br />

Selagi bicara ia tetap mengirim Cin Khi ke dalam tubuh si nona. Dengan bibir tersungging<br />

senyuman Tio Beng memejamkan matanya. Kaki tangannya lemas, tapi dada dan perutnya<br />

hangat dan ia merasa nyaman sekali. Sesudah “hawa tulen” itu berputar beberapa kali di<br />

dalam tubuhnya, ia memutar kepalanya dan berkata sambil tersenyum. “Kau mengasolah.<br />

Aku sudah banyak mendingan.”<br />

Mendadak rasa terima kasih yang sangat besar bergelombang dalam hati Boe Kie. Ia<br />

memeluk erat-erat dan menempelkan pipinya pada pipi si nona. “Kau sudah menolong nama<br />

baik-ku dan pertolongan itu sepuluh kali lipat lebih berharga daripada pertolongan jiwa,”<br />

bisiknya.<br />

Tio Beng tertawa geli. “Aku perempuan jahat, bagiku nama baik tak menjadi soal. Yang<br />

penting adalah jiwa.”<br />

Pada saat itulah, di atas jurang tiba-tiba terdengar bentakan. “Perempuan siluman! Benar saja<br />

kau belum mampus! Cara bagaimana kau mencelakai Boh Cit Hiap! Lekas mengaku!”<br />

“Jangan perlihatkan mukamu!’ bisik nona Tio.<br />

“Perempuan bangsat! Teriak Thio Siong Kee. “Jika kau tidak menjawab, kami akan<br />

menghantam dengan batu besar!”<br />

Tio Beng mengawasi ke atas. Benar saja, Song Wan Kiauw berempat kelihatan berdiri di<br />

pinggir tebing dengan masing-masing memegang sebuah batu besar. Jika mereka menimpuk,<br />

jiwanya dan jiwa Boe Kie akan segera melayang. “Robek baju kulit ini untuk menutupi<br />

mukamu,” bisiknya. “Sesudah itu barulah kita kabur.”<br />

Boe Kie segera melakukan nasehat si nona. Sesudah memakai topeng, ia menekan topi<br />

kulitnya ke bawah sampai lewat dahi.<br />

Mengapa empat pendekar Boe Tong itu balik kembali! Karena mereka mempunyai<br />

pengalaman luas. Sesudah Tio Beng jatuh ke jurang, mereka sengaja menyingkir jauh-jauh.<br />

Tapi mereka tahu, bahwa sebagai seorang puteri dari kerajaan Goan, si nona pasti tidak<br />

berjalan sendirian. Ia pasti mempunyai orang-orang yang melindunginya secara diam-diam.<br />

Demikianlah, sesudah berjalan beberapa li, mereka kembali dan sesudah menambat<br />

tunggangan mereka di dahan pohon, mereka membuat obor dan memeriksa gua bekas tempat<br />

bersembunyinya Tio Beng. Di dalam gua mereka menemukan bangkai dua ekor rase yang<br />

badannya rusak karena gigitan binatang, entah binatang apa. Bau wangi dari rase itu masih<br />

belum menghilang. Sesudah menyelidiki, mereka keluar dan terus mengikuti tapak kaki Boe<br />

Kie. Akhrinya menemukan jenazah Boh Seng Kok yang kaki tangannya tergigit binatang.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1173

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!