20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

akan dapat berdiam disebuah tempat yang terpencil dan tak punya harapan untuk bisa kembali<br />

ke Tionggoan," jawabnya dengan suara getir. "Akan tetapi, karena aku tak punya kerjaan dan<br />

merasa sangat kesepian maka biarlah aku mengasah otak untuk menghilangkan tempo."<br />

Mendengar jawaban yang sangat beralasan, mereka mengangguk dan tidak membujuk lagi.<br />

Kira-kira setengah li dalam guha biruang, terdapat sebuah guha lain yang lebih kecil. Sesudah<br />

bekerja keras kurang lebih sepuluh hari, Coai San mengubah guha itu menjadi sebuah kamar<br />

yang kecil, yang lalu diserahkan kepada Cia Soen untuk dijadikan kamar tidurnya.<br />

Beberapa bulan telah terlalu dengan cepatnya. Pada suatu hari, bersama sikera merah, Coei<br />

San dan So So pesiar kesebelah utara pulau itu. Di luar dugaan mereka, pulau itu sangat<br />

panjang dan sesudah melalui seratus li lebih, mereka belum wencapai ujungnya.<br />

Sesudah berjalan lagi beberapa lama, disebelah depan menghadang sebuah hutan yang sangat<br />

besar. Mereka mendekati hutan itu, tapi baru saja Coei San ingin masuk, si kera merah<br />

berbunyi keras dan memperlihatkan sikap ketakutan. So So jadi kuatir dan berkata: "Ngo ko,<br />

kau tak boleh masuk, Kauw jie kelihatannya saungat ketakutan."<br />

Coei San merasa heran tercampur kuatir, karena si isteri yang biasanya sangat bergembira jika<br />

menemui sesuatu yang luar biasa, pada waktu waktu<br />

belakangan sangat lesu kelihatannya. "So So, mengapa kau?" tanyanya. "Apa badanmu<br />

kurang enak."<br />

Ditanya begitu, So So kelihatannya kemalu maluan, sehingga paras mukanya barubah merah.<br />

"Tidak apa-apa," jawabnya dengan suara perlahan.<br />

Sang suami jadi makin heran dan terus mendesak. Akhirnya, sambil menunduk ia berkata<br />

dengan suara perlahan: "Langit rupanya tahu, bahwa kita terlalu kesepian dan akan mengirim<br />

seorang manusia lain datang kepulau ini."<br />

Coei San terkesiap dan dilain saat, kegirangannya meluap-luap. "Kita akan punya anak?"<br />

tanyanya.<br />

"Sts! Perlahan sedikit!" bentak si isteri, tapi dilain saat ia tertawa geli karena baru ia ingat<br />

bahwa disekitar hutan itu tiada lain manusia.<br />

Siang malam terbang bagaikan anak panah yang melesat dari busurnya. Cuaca berubah agi,<br />

siang makin pendek dan malam makin panjang, sedang hawa udarapun makin dingin.<br />

Sesudah hamil, So So gampang capai, tapi ia tetap melakukan pekerjaan sebari-hari seperti<br />

masak, menambal pakaian dan menyapu lantai.<br />

Malam itu ia sudah hamil hampir sepuluh bulan. Sesudah menyalakan perapian didalam guha,<br />

kedua suami isteri lalu duduk beromong-omong. "Ngoko. coba kau tebak, apa anak kita lelaki<br />

atau perempuan?" kata So So.<br />

"Perempuan seperti kau, lelaki seperti aku, bagi ku sama saja." jawab sang suami.<br />

"Aku lebih suka anak lelaki." kata pula So So. "Coba kau pilih satu nama untuknya."<br />

Coei San hanya mengeluarkan suara "hmmm" dan tidak menjawab perkataan isterinya.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 226

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!