20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Mungkin sekali jiwaku akan turut melayang. Ia berdiam sejenak dan berkata pula.<br />

Penghabisan!......ini namanya pembalasan si kelelawar dan Cioe Tian seumur hidup belum<br />

pernah melakukan perbuatan baik. Sekali berbuat baik, bencana datang.<br />

Jilid 37_______________<br />

Perbuatan baik apakah yang dilakukan saudara Wie? tanya Swee Poet Tek.<br />

Sesudah menggunakan Lweekang, racun dingin dalam tubuhnya mengamuk hebat dan<br />

menurut kebiasaan, dia bisa menolong diri sendiri dengan mengisap darah manusia, terang<br />

Cioe Tian. Ketika itu di sampingnya terdapat seorang gadis. Tapi dia lebih suka mati daripada<br />

menghisap darah nona itu. Melihat itu aku berkata, si Kelelawar berlaku aneh, akupun mau<br />

berlaku aneh. Baiklah, Cioe Tian coba tolong dia. Aku lantas saja bekerja dan beginilah<br />

hasilnya.<br />

Boe Kie kegirangan, tanpa merasa tubuhnya bergerak.<br />

Siapa wanita itu? tanya Swee Poet Tek sambil menepuk karungnya. Ke mana dia sekarang?<br />

Akupun bertanya begitu kepada si Kelelawar, sahutnya. Ia mengatakan bahwa nona itu<br />

bernama In Lee, cucu perempuannya si tua bangka Peh Bie. Karena sudah menerima si nona<br />

sebagai muridnya, maka si Kelelawar tidak bisa lagi menghisap darahnya.<br />

Swee Poet Tek dan Tiat Koan Toojin menepuk tangan. Perbuatan Wie heng (saudara Wie)<br />

yang mulia itu mungkin akan merupakan titik kebangkitan kembali dari agama kita, kata<br />

Swee Poet Tek. Kelelawar hijau dan Eng (burung Eng) putih bisa bergandengan tangan,<br />

kekuatan Beng-kauw akan bertambah banyak, seraya berkata begitu, ia menyambut tubuh<br />

Wie It Siauw dari tangan Cioe Tian. Badannya sudah dingin seperti es, katanya dengan suara<br />

kaget. Bagaimana baiknya?<br />

Itu sebabnya mengapa aku minta kau datang lebih cepat, kata Cioe Tian. Dalam sepuluh<br />

bagian, si Kelelawar sudah mati sembilan bagian. Kalau bangkai Kelelawar bergandengan<br />

tangan dengan Peh Bie Eng-ong, bagi Beng-kauw tak ada kebaikannya sedikitpun juga.<br />

Kalian tunggulah di sini, kata Tiat Koan. Aku akan turun gunung untuk membekuk seorang<br />

manusia hidup guna dijadikan minuman bagi Wie heng, seraya berkata begitu, ia<br />

mengayunkan tubuh untuk melompat ke bawah.<br />

Tahan! teriak Cioe Tian. Tua bangka, kau sungguh tak punya otak! Gunung ini sangat sepi,<br />

hampir tak ada manusianya. Kalau mesti menunggu kau, Wie It Siauw (Wie sekali tertawa)<br />

sudah menjadi Wie Poet Siauw (Wie tidak tertawa). Swee Poet Tek, paling baik kau<br />

keluarkan bocah yang berada dalam karungmu untuk menolong saudara Wie.<br />

Mendengar itu, Boe Kie ketakutan setengah mati.<br />

Tak bisa, kata Swee Poet Tek. Dia telah berbudi sangat besar kepada agama kita. Jika Wie<br />

heng membinasakan dia, Ngo Beng-kie (Lima Bendera) sudah pasti tak mau. Sehabis berkata<br />

begitu, dengan cepat ia segera menuturkan bagaimana pemuda itu sudah menolong jiwa<br />

berpuluh-puluh anggota dari pasukan Swie Kim-kie. Waktu itu aku menyusup di dalam<br />

pasukan Peh Bie-kauw dan dengan mataku sendiri, aku menyaksikan semuanya, katanya.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 687

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!