20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Sekarang nyonya itu menangis, "Racun yang ditelan olehku sangat sedikit," katanya: "Kau<br />

makan terlalu banyak. Oh Soeko!... Lekaslah tolong jiwamu.... Kalau terlambat.... tak keburu<br />

lagi...."<br />

"Aku mencintai kau dengan segenap jiwa," kata sang suami. "Tapi kau sendiri tak hentinya<br />

mengajak aku mengadu ilmu. Aku merasa, hidup lebih lama tiada artinya .... aduh!: ... aduh!!<br />

Ia bukan berpura-pura, ketika itu racun ular dan lawa lawa sudah mulai menyerang jantung.<br />

Badannya bergoyang-goyang dan dilain detik, ia sudah tak ingat orang.<br />

Semua kejadian itu didengar jelas oleh Siauw Hoe dan Boe Kie yang menunggu diluar pintu.<br />

"Soeko! Soeko!" Lan Kouw sesambat. "Akulah yang bersalah... Kau tidak boleh mati....aku<br />

tak akan mengajak kau mengadu ilmu lagi"<br />

Sekarang Boe Kie menganggap bahwa sudah tiba waktunya untuk ia turun tangan. Ia<br />

menerobos masuk dan bertanya: "Soebo... lekas! Lekas! beritahukan cara menolong Soehoe!"<br />

Lan Kouw girang tak kepalang. "Lekas berikan Giok liong Souw hap san kepadanya!"<br />

teriaknya. "Lekas! Ambil jarum emas dan tusuklah jalan darah Yong coan hiat dan kioe bwee<br />

hiat dan cepat!"<br />

Pada detik itu, diluar kamar sekonyong-konyong terdengar suara batuk-batuk. Ditengah<br />

malam buta, suara itu membangunkan bulu roma. Kie Siauw Hoe melompat masuk, paras<br />

mukanya pucat bagaikan kettas. Sambil melompat, ia berkata dengan suara heran :"Kim Hoa<br />

Popo...."<br />

Hampir berbareng dengan perkataan popo tirai bergoyang dan diambang pintu berdiri seorang<br />

nenek yang tangannya mencekal satu nona cilik yang berparas sangat cantik.<br />

Nenek itu memang bukan lain daripada Majikan Pulau Leng coa to, Kim Hoa Popo. Melihat<br />

Ceng Goe mencekal perut dengan paras muka bersemu hitam dan berada dalam keadaan<br />

pingsan, ia terkejut dan bertanya: "Ada apa?"<br />

Lan Kouw menangis keras, "Soeko! Soeko!" jeritnya. "Mengapa kau meracuni diri sendiri?"<br />

Kedatangan Kim Hoa Popo di wilayah Tiong goan mengandung dua maksud. Pertama untuk<br />

mencari musuh yang telah meracuni suaminya dan kedua untuk memberi hukuman kepada<br />

Ouw Ceng Goe.. Tak dinyana, ia bertemu Tiap kok Ie sian yang sudah hampir mati. Sebagai<br />

seorang ahli dalam ilmu menggunakan racun, begitu melihat paras muka Ceng Goe dan Lan<br />

Kouw, ia mengetahui, bahwa jiwa mereka sukar untuk di tolong lagi. Ia menduga, bahwa<br />

Ceng Goa sudah menelan racun karena takut hukuman yang mungkin dijatuhkan olehnya dan<br />

dengan adanya dugaan itu, rasa sakit hatinya lagtas saja menghilang. Ia menghela napas dan<br />

sambil menarik tangan si nona cilik, ia berjalan keluar. Dilain saat, suara batuk batuk<br />

terdengar diluar rumah, dalam jarak puluhan tombak. Kecepatan bergeraknya nenek sungguh<br />

sukar dicari tandingannya.<br />

Sesudah Kim hoa Popo berlalu, Boe Kie meraba dada Ceng Goe yang jantungnya masih<br />

mengetuk dengan perlahan.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 477

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!