20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

terhadap dia. Di samping itu dia juga bukan orang jahat. Kurasa membinasakan Cia Soen dan<br />

merampas To liong-to, cukuplah kalau kita membutakan kedua matanya dan meninggalkan<br />

dia di pulau itu.<br />

Coe Toako adalah seorang yang welas asih dan perkataanmu itu membuktikan bahwa kau<br />

memang seorang ksatria, puji Boe Liat.<br />

Coe Tiang Leng menghela napas. Kita terpaksa menjalankan tipuan ini karena tak ada lagi<br />

jalan yang lebih baik, katanya. Boe Jie tee, sesudah berlayar, perahumu harus berada agak<br />

jauh dari perahuku. Kalau terlalu dekat, anak itu bisa curiga. Tapi kalau terlalu jauh,<br />

hubungan kita bisa terputus. Maka itu kau harus memilih anak buah dan pengemudi yang<br />

pandai.<br />

Boe Kie merasa kepalanya pusing. Ia mengasah otak untuk memecahkan banyak pertanyaan.<br />

Aku belum pernah memperkenalkan diri, tapi bagaimana mereka bisa menebak asal-usulku?<br />

tanyanya dalam hati. Hm mungkin sekali karena aku sudah menggunakan ilmu Boe tong-pay<br />

dan Hang lion Sip pat ciang waktu melawan Wie Pek dan kedua perempuan itu. Coe Pehpeh<br />

seorang cerdas dan berpengalaman luas. Rupanya, begitu melihat ilmu silatku, ia sudah bisa<br />

menebak asal-usulku.<br />

Beberapa saat kemudian, ia berkata pula dalam hatinya. Ia tahu, bahwa kedua orang tuaku<br />

lebih suka mati daripada membuka rahasia. Ia menaksir bahwa jika menggunakan kekerasan,<br />

ia tak akan bisa mengorek dari mulutku. Maka itu, ia menggunakan siasat membakar rumah<br />

sendiri dan menjalankan tipu Kouw-jiok-kee (menyakiti diri sendiri), sehingga tanpa<br />

meminta, aku sudah membuka rahasia Peng hwee-to. Ah!...Coe Tiang Leng! Coe Tiang Leng!<br />

Tipumu sungguh beracun!<br />

Sementara itu, Coe Tiang dan Boe Liat sudah mulai membicarakan rencana pelayaran, Boe<br />

Kie tak berani mendengar lebih jauh dan dengan sangat hati-hati, ia lalu meninggalkan rumah<br />

itu. Sambil memasang kuping, ia berjalan selangkah demi selangkah. Ia tahu, bahwa kedua<br />

orang tua itu memiliki kepandaian yang sanggat tinggi, sehingga sedikit saja ia bertindak<br />

salah, mereka segera bisa mendengarnya. Sesudah terpisah belasan tombak, barulah ia berani<br />

berjalan lebih cepat. Dalam ketakutan ia tak memilih jalanan. Ia terus mendaki tanjakan dan<br />

menuju ke sebuah hutan lebat. Selama kurang lebih satu jam ia berlari-lari seperti orang<br />

kalap, tanpa berani mengaso.<br />

Waktu fajar menyingsing, ia berada di dalam hutan dari sebuah puncak yang tertutup salju.<br />

Dengan napas tersengal-sengal ia menhentikan langkah dan menengok untuk melihat kalaukalau<br />

ada yang mengejar.<br />

Jilid 31______________<br />

Tiba-tiba ia mengeluh karena di jalanan yang barusan dilewatinya, yang tertutup dengan salju,<br />

terdapat tapak-tapak kakinya sendiri. Daerah barat (See hek) adalah daerah yang hawanya<br />

sangat dingin dan biarpun waktu itu sudah masuk musim semi, salju di gunung-gunung masih<br />

belum lumer. Semalam, dalam ketakutannya, ia tak berani jalan di tanah datar dan sudah<br />

mendaki puncak itu. Tapi dengan berbuat begitu, ia malah sudah membuka rahasia sendiri.<br />

Pada saat itu, dari sebelah kejauhan sekonyong-konyong terdengar geram kawanan serigala<br />

yang menakutkan. Boe Kie berdiri di atas batu karang yang sangat curam. Mendengar suara<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 574

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!