20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Beberapa saat kemudian, Boe Liat berkata dengan suara perlahan. Ceng Jie, apa yg sudah<br />

terjadi?<br />

Pedangku seperti dipukul dengan semacam senjata rahasia yg sangat lihai, jawabnya.<br />

Boe Liat mengawasi kesekitarnya, tapi ia tetap tidak melihat lain manusia. Ia heran bukan<br />

main dan berkata dalam hatinya. Terus terang dia sudah kena ditotok olehku dengan It Yang<br />

Cie. Bagaimana ia masih mempunyai te<strong>naga</strong> yang begitu besar? Apa perempuan ini<br />

mempunyai ilmu siluman? Ia maju mendekati dan menepuk pundak nona itu. Dengan tepukan<br />

yang disertai Lweekang dahsyat, ia bermaksud menghancurkan tulang pundak si nona supaya<br />

kepandaiannya musnah dan dapat dipermainkan oleh puterinya.<br />

Pada saat telapak tangan Boe Liat hampir menyentuh pundak, tiba2 gadis dusun itu<br />

mengangkat tangan kirinya dan menangkis. Begitu kedua tangan kebentrok, Boe Liat merasa<br />

daatnya panas, seolah2 didorang dengan te<strong>naga</strong> taufan atau gelombang laut yang maha<br />

dahsyat. Sambil mengeluarkan teriakan ah! tubuhnya mengapung ke atas dan jatuh ke tempat<br />

yang jauhnya melebihi tiga tombak. Untung jg, ia memiliki ilmu silat yang cukup tinggi,<br />

sehingga begitu lekas punggungnya ambruk ditanah, begitu lekas pula ia dapat melompat<br />

bangung. Tapi biarpun begitu ia masih merasakan sakit didadanya dan darahnya bergolak,<br />

sehingga kepalanya pusing. Baru saja ia berdiri tegak dan mau mengatur pernapasannya, tiba2<br />

matanya berkunang2, badannya bergoyang2 dan sekali lagi ia jatuh terguling.<br />

Boe Ceng Eng mencelos hatinya, buru2 ia menubruk dan membangunkan ayahnya.<br />

Biarkan ia rebah lebih lama! tiba2 Ho Thay Ciong berkata.<br />

Nona Boe menengok dan membentak dengan gusar. Apa kau kata! Ia menganggap bahwa<br />

dengan berkata begitu, Ho Thay Ciong mengejek ayahnya.<br />

Darahnya bergolak dan ia harus mengaso dengan merebahkan diri, jawabnya.<br />

Wie Pek lantas saja tersadar. Benar, katanya. Ia segera memeluk tubuh gurunya dan<br />

merebahkan kembali diatas tanah.<br />

Ho Thay Ciong dan Pan Siok Ham saling mengawasi dengan perasaan sangat heran. Mereka<br />

sudah pernah bertempur dengan gadis dusun itu dan mereka tahu bahwa meskipun begitu ilmu<br />

silat si nona cukup tinggi. Lweekangnya belum mencapai tingkatan atas. Tapi te<strong>naga</strong> yang<br />

barusan merobohkan Boe Liat adalah lweekang yang sungguh2 jarang terdapat dalam dunia<br />

ini.<br />

Kalau mereka heran. Si gadis dusun pun lebih heran lagi. Sesudah kena ditotok ia roboh<br />

dalam pangkuan Boe Kie tanpa bisa bergerak. Waktu pedang Boe Ceng Eng hampir mampir<br />

di ulu hatinya, tiba2 menyambar serupa benda yang membentur senjata itu, sehingga terlepas<br />

dari tangan nona Boe. Ia sendiri tidak tahu apa adanya benda itu. Sesaat kemudian, tiba2 ia<br />

merasakan masuknya hawa panas di Ciok sam lie dan Yang leng coan, yaitu dua hiat di<br />

betisnya.<br />

Hawa panas itu terus menerjang ke How touw hiat dan Hong hiat sehingga jalan darah yang<br />

ditotok lantas saja terbuka kembali.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 615

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!