20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

kelima Seng hwee leng berbalik kena dibetot Boe Kie bersama-sama To liong to. Buru-buru<br />

Sam soe mengempos semangat dan keadaan pulih seperti tadi, keempat orang saling bertahan<br />

dan saling membetot.<br />

Dilain saat, sekali lagi Boe Kie merasa dadanya sakit seperti ditusuk jarum.<br />

Tapi sekarang karena sudah bersiap-siap, To liong to tidak sampai terlepas. Sehelai hawa<br />

dingin telah menerobos masuk dari lapisan Kioe yang Sin kang yang melindungi seluruh<br />

tubuh Boe Kie dan menyerang isi perutnya. Boe Kie mengerti bahwa itulah te<strong>naga</strong> dalam Sam<br />

soe yang menyerang dengan perantaraan Seng hwee leng. Pada umumnya manakala dingin<br />

menyerang panas, belum tentu dingin mendapatkan kemenangan, tapi dalam hal ini Kioe yang<br />

Sin kang melindungi seluruh tubuh sedang hawa dingin itu berkumpul menjadi satu dalam<br />

bentuk sehelai benang tipis itu dan menikam bagaikan tikaman pisau. Itulah sebabnya<br />

mengapa biarpun hebat, garis pertahanan Kioe yang dapat diterobos juga.<br />

Serangan itu sebenarnya dilakukan oleh Hwie goat soe dan Lweekang yang digunakan Tauw<br />

koet ciam (jarum yang bisa menembus tulang). Ia kaget dan heran karena Boe Kie dapat<br />

mempertahankan diri terhadap serangan Lweekang Tauw koet ciam, ia ingin sekali merampas<br />

Ie thian kiam tapi tak bisa berbuat begitu sebab kedua tangannya memegang Seng hwee leng.<br />

Biauw hong soe pun ingin merebut pedang mustika itu dan tangan kirinya kosong, tapi karena<br />

te<strong>naga</strong>nya sudah dikumpulkan di tangan kanan maka tangan kiri itu tidak berte<strong>naga</strong> lagi.<br />

Boe Kie mengerti bahwa dengan terus bertahan seperti itu dan setiap saat diserang dengan<br />

hawa dingin pada akhirnya ia akan roboh. Tapi ia tidak berdaya untuk menolong dirinya.<br />

Sementara itu ia mendengar suara nafas Cia Soen yang mendekati selangkah demi selangkah.<br />

Ia tahu bahwa sang Gie hoe mau memberi bantuan.<br />

Memang benar Kim mo Say ong telah mengambil keputusan untuk membantu “si pemuda Kie<br />

keng pang”. Selagi keempat orang itu mengadu Lweekang, kalau ia memukul musuh seperti<br />

juga memukul Boe Kie. Maka itu ia terus ragu dan belum berani turun tangan.<br />

Boe Kie jadi bingung, “Yang paling penting Gie hoe harus menyingkir,” pikirnya, “Tapi<br />

kalau ia tahu bahwa aku adalah Boe Kie, ia tidak mau menyingkir.” Berpikir demikian, ia<br />

lantas saja berteriak, “Cia Tay hiap, walaupun Sam soe berkepandaian tinggi, kalau mau aku<br />

bisa meloloskan diri dengan gampang sekali. Cia Tay hiap, kau menyingkirlah untuk<br />

sementara waktu. Aku akan segera mengembalikan golok mustikamu.”<br />

Sam soe terkesiap, menurut kebiasaan orang yang sedang mengadu Lweekang tidak boleh<br />

bicara, begitu ia berbicara te<strong>naga</strong> dalamnya buyar. Tapi Boe Kie bisa berbicara sambil<br />

bertahan terus.<br />

“Siapa nama she Siauw hiap yang mulia?” tanya Cia Soen.<br />

Untuk sejenak Boe Kie ragu, tapi ia segera mengambil keputusan untuk tidak<br />

memperkenalkan diri. Apabila ia menyebut namanya yang asli, ayah angkatnya pasti akan<br />

mengadu jiwa dengan ketiga orang Persia itu. Berpikir begitu, ia lantas menjawab, “Aku yang<br />

rendah she Can bernama A Goe. Mengapa Cia Tay hiap tidak mau segera pergi? Apa Cia Tay<br />

hiap tidak percaya aku dan takut aku telan golok mustika ini?”<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1064

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!