20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

tidak bisa menghafal lancar. Ia ingat pula teori ilmu pukulan tersebut dan... ia sekarang<br />

mengerti artinya teori itu. Ia heran tak kepalang. Mengapa ia jadi begitu cerdas!<br />

Ia tak tahu, bahwa sebab musababnya terletak pada kenyataan, bahwa ia sudah mahir dalam<br />

Kioe yang dna Kim koen Tay lo ie Sing kang Kioe yang meliputi segala rupa lweekang yg<br />

terdapat diseluruh Rimba Persilatan, sedang Kiam koen tay lo ie yalah ilmu untuk<br />

mengerahkan te<strong>naga</strong> dalam dan menggunakannya. Dengan demikian, sesudah dapat<br />

memahami kedua Sing kang yg tertinggi itu, lain2 ilmu silat sudah tak jadi soal baginya.<br />

"Jangankan tiga, tiga puluh tinjupun akan kuterima," kata In Thian Ceng. Ia berpaling pda<br />

Kong tie dan berkata dengan suara lantang, "Kong Tie Taysoe, sebelum mati, aku belum<br />

menyerah kalah! Apakah kau mau berbuat sewenang wenag dengan mengunakan jumlah yang<br />

besar.<br />

Ternyata pada waktu tiba di Kong Beng Teng melihat Yo Siauw dan beberapa tokoh lain<br />

sudah terluka, dengan menggunakan kata2 tajan In Thian Ceng berhasil mencegah<br />

pengeroyokan kepada pihaknya. Sesuai dengan kebiasaan dalam Rimba Persilatan, Kung tie<br />

Taysoe telah menyetujui untuk mengadu kekuatan dengan satu melawan satu. Tapi pada<br />

akhirnya jago2 Peh Bie Kauw dan Ngo heng Kie roboh semua, kalau tidak mati terluka hebat,<br />

dan yg ketinggalan hanyalah si kakek sendiri. Tapi sebegitu lama In Thian Ceng masih belum<br />

menyerah, Kong tie memang tidak boleh memerintahkan pembasmian.<br />

Boe Kie tahu, bahwa biarpun keadaannya sudha banyak mendingan, kakeknya tidak boleh<br />

menggunakan terlalu banyak te<strong>naga</strong>. Kegagahan orang tua itu terhadap Cong Wie hiap telah<br />

didorong oleh tekad untuk berkelahi sampai binasa. Maka itu, ia segera berbisik, "In<br />

locianpwee, biarlah aku yg maju lebih dahulu. Jika aku kalah, barulah locianpwee maju."<br />

Si kakek yakin, bahwa lweekang pemuda itu, tinggi luar biasa dan dalam keadaan segar, ia<br />

tidak akan bisa menandinginya. Akan tetapi merasa bahwa ia berkewajiban untuk membela<br />

Beng kau dengan jiwanya, sedang pemuda itu yang mungkin tak punya sangkut paut dengan<br />

Beng Kauw tidak pantas untuk berkorban. Ia tahu bahwa biarpun lihai Boe Kie tak akan bisa<br />

melayani lawan yg berjumlah begitu besar. Mana bisa ia membiarkan seorang pemuda yg<br />

begitu mulia membuang jiwa secara cuma2 diatas Keng beng Teng? Memikir begitu, ia lantas<br />

saja bertanya, "Sahabat kecil, bolehkah ku tahu partai atau rumah perguruanmu? Kau<br />

kelihatannya bukan anggota agama kami. Benarkah begitu?"<br />

"Boanpwee memang bukan anggota Beng Kauw," jawabnya. "Tapi sudah lama boanpwee<br />

mengagumi loocianpwee dan hai ini kita berdua akan melawan musuh bersama sama."<br />

In Thian Ceng heran tak kepalang, tapi sebelum ia keburu menanya lagi, Cong Wie Hiap<br />

sudah maju sambil berteriak, "Orang she In, sambutlah tinju pertama!"<br />

"Tahan!" bentak Boe Kie, "In Loocianpwee mengatakan, bahwa kedudukanmu belum cukup<br />

tinggi untuk bertanding dengannya. Kalau kau bisa menangkan aku, barulah ia akan melayani<br />

kau."<br />

"Siapa kau!" bentak Cong Wie Hiap dengan gusar. "Bocah, kau sungguh tak menggenal<br />

mampus! Apa kau mau berkenalan dengan kelihaian Cit Siang Koe dari Khong tong pay?"<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 750

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!