20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

"Toako, bukankah Kong kian Taysoe menyambut pukulanmu dengan ilmu Kim kong Poet<br />

hoay tee (ilmu malaikat untuk membebaskan tubuh manusia dari sega1a kerusakan) dari<br />

Siauw lim pay?" tanya Coei San.<br />

Cia Soen mengangguk beberapa ka1i. "Ngotee, kau ternyata mempunyai pengetahuan dan<br />

pengalaman yang luas sekali," ia memuji. "Memang benar Kong kian Taysoe menggunakan<br />

ilmu itu. Kali ini, berbeda dari pada waktu menyambut tiga pukulan yang pertama, dari dalam<br />

tubuhnya keluar te<strong>naga</strong> berbalik, sehingga isi perutku tergoncang hebat. Aku mengerti, bahwa<br />

Kong kian Taysoe sudah terpaksa mengeluarkan ilmu tersebut. Jika tidak, ia tak akan dapat<br />

menyambut pukulan Cit siang koan. Sudah lama kudengar, bahwa Kim kong Poet hoey tee<br />

dari Siauw lim pay adalah salah satu dari lima ilmu ajaib yang tertinggi dalam Rimba<br />

Persilatan. Sekarang baru aku tahu ilmu itu sungguh-sungguh hebat. Aku segera mengirim<br />

tinju kelima dengan menggunakan te<strong>naga</strong> im-jioe (Te<strong>naga</strong> lembek). Ia menyambutnya dengan<br />

maju lagi setindak dan aku sendiri lalu mengerahkan Lweekang untuk mempunahkan te<strong>naga</strong><br />

im-jioe yang berbalik menghantam diriku..."<br />

"Giehoe," Boe Kie memutus pula perkataan ayah angkatnva," pendeta tua itu telah melanggar<br />

janji. Ia berjanji tidak akan membalas, tapi mengapa ia menghantam balik te<strong>naga</strong> Im-jioemu?"<br />

Cia Soen mengusap usap kepala bocah itu dan berkata pula dengan suara halus: "Sesudah aku<br />

mengirim tinju kelima, Kong kian Taysoe berkata: Cia Kiesoe, aku tak nyana Cit siang koen<br />

sedemikian hebat. Jika aku tidak mengerahkan Lweekang untuk menolak te<strong>naga</strong>mu, aku tak<br />

akan dapat bertahan."<br />

"Tidak apa, kataku. Bahwa Taysoe sudah tidak membalas dengan pukulan, aku sudah merasa<br />

amat sangat berterima kasih."<br />

"Bagaikan huyan angin aku segera mengirim pukulan keenam, ketujuh, kedelapan dan<br />

kesembilan. Kong kian Taysoe sungguh-sungguh lihay. Ia menyambut setiap pukulan dengan<br />

sikap tenang dan apa yang paling mengherankan, ia dapat membedakan lebih dulu te<strong>naga</strong><br />

te<strong>naga</strong> yang digunakan olehku."<br />

"Awas! teriakku seraya mengirim tinju yang kesepuluh."<br />

Jilid 13_______________<br />

Ia mengangguk sedikit dan lalu mendului maju dua tindak kedepan.<br />

"Dalam pukulan yang kesepuluh aku telah menggunakan seantero te<strong>naga</strong> dan aku terhuyung<br />

kebelakang beberapa tindak sebab terbentur dengan te<strong>naga</strong> menolak yang sangat dahsyat. Aku<br />

tidak bisa melihat mukaku sendiri."<br />

"Tapi kutahu mukaku sudah pucat bagaikan kertas, sedang napas Kong kian Taysoe pun<br />

tersengal sengal. Cia Kiesoe, kau harus mengaso dulu sebelum mengirim pukulan kesebelas,<br />

katanya. Aku adalah seorang yang sungkan mengaku kalah, tapi pada saat itu, benar-benar ku<br />

tak sanggup segera mengirim pukulan."<br />

Coei San dan So So mengawasi sang kakak dengan perasaan tegang.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 251

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!