20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Kembali guru itu mengurut kumisnya.<br />

"Apakah halangannya itu?" katanya sambil bersenyum. "Asal kelakuan isterimu tidak ada<br />

celaannya, sudah cukup! Atau umpama kata pribadinya tidak baik, setelah dia naik kegunung<br />

kita, apakah dia tidak dapat dididik untuk menjadi baik? Pula, apa artinya Peh bie kauw? Coei<br />

San, yang terutama untuk menjadi manusia ialah jangan cupat pandangan ! Jangan kita<br />

menganggap, sebab diri kita dari golongan sejati lantas kita memandang enteng kepada lain<br />

orang! Dua huruf sejati dan sesat itu, sulit untuk dibedakannya. Murid golongan sejati juga,<br />

kalau hatinya tidak lurus, ia menjadi sesat, dan murid pihak sesat, apabila hatinya benar, dia<br />

dapat menjadi seorang koencoe!"<br />

Bukan main girangnya Coei San. la tidak menyangka ganjalan hatinya selama sepuluh tahun<br />

itu, yang sangat menguatirkannya sekarang buyar dalam sedetik dengan kata-kata bijaksana<br />

gurunya.<br />

Maka ia lantas berbangkit dengan wajahnya riang gembira.<br />

"Mertuamu itu. In Kouwcoe, adalah sahabatku," kata sang guru kemudian. "Aku mengagumi<br />

ilmu silatnya. Dialah seorang laki-laki yang luar biasa. Walaupun sifatnya agak sesat, dia<br />

bukan seorang buruk. Maka kami dapat menjadi sahabat satu dengan yang lain."<br />

Kembali kata-kata ini melegakan hati Coei San. Wan Kiauw dan yang lainnyapun berpikir:<br />

"Sungguh Soehoe sangat mencintai muridnya yang ke lima ini hingga sekalipun mertuanya,<br />

siraja iblis, dia senang menjadikannya sahabatnya."<br />

Selagi guru dan murid-muridnya itu berbicara, seorang kacung masuk untuk menyampaikan<br />

kabar. "In Kauwcu dari Peh bie kauw mengirim orang membawa hadiah untuk Ngo soesiok!"<br />

"Mertuamu mengirim bingkisan!" berkata Thio Sam Hong sambil tertawa "Coei san, pergi<br />

kau sambut tamu!"<br />

"Baik soehoe !" jawab murid itu.<br />

"Nanti aku ikut bersama !" kata In Lie Heng.<br />

Thio Siong Kee tertawa dan berkata: "Yang mengirim bingkisan bukannya Kim pian Kie Loo<br />

enghiong. Buat apa kau repot tidak keruan?"<br />

Mukanya Lie Heng menjadi merah tetapi ia diam saja, terus ia mengikuti Coei San.<br />

Di toa thia, ruang depan, terlibat dua orang yang usianya sudah lanjut. Mereka berdandan<br />

sebagai bujang tetapi pakaian mereka rapi. Begitu mereka melihat Coei San, mereka maju<br />

beberapa tindak untuk memberi hormat sambil berlutut seraya berkata: "Thio Kouwya baik !<br />

Terimalah horrnat kami In Boe Hok dan In Boe Lok!"<br />

Coei san membalas hormat kedua orang itu dengan mengangguk.<br />

"Silahkan koankee bangun," katanya (Koankee itu kuasa rumah). Meski begitu, ia heran dan<br />

berkata didalam hatinya: "Nama mereka ini aneh. Orang biasa memakai nama Pang An dan<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 330

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!