20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

meluluskan permintaannya. Begitu lekas si nenek begitu turun kapal segera memasang layar<br />

dan berangkat ke arah timur.<br />

Di atas samudra seolah2 tidak berbatas sekuat perahu berlayar kearah tenggara.<br />

Perahu itu sangat besar bertingkat dua, diatas geladak dikepala perahu dan dikiri kanan nya<br />

terdapat meriam. Perahu itu adalah sebuah perahu meriam Mongol. Bangsa Mongol pernah<br />

berniat menyerang negeri Jepang dan mempersiapkan perahu2 perang. Diluar dugaan<br />

angkatan laut itu diserang topan hingga berantakan dan niatan itu menjadi gagal. Jika<br />

berlabuh di pantai, perahu itu karam kelihatannya. Tapi diatas samudra dia menyerupai<br />

selembar daun yg terombang ambing merupakan tiupan angin.<br />

Dengan menyamar sebagai anak buah Thio Boe Kie, Tio Beng dan Siauw Ciauw<br />

bersembunyi dibagian bawah perahu.<br />

Hari itu, waktu mau turun keperahu, Tio Beng kaget dan berkuatir. Ia sama sekalitak<br />

menduga, pembesar setempat menyediakan sebuah perahu meriam dari angkatan laut Mongol.<br />

Hal ini bisa membuka rahasia. Tapi sebgai seorang yg sangat pintar si nona lantas saja dapat<br />

memikir satu jalan untuk memperdayai Kim hoa popo, ia segera memerintahkan supaya<br />

perahu itu membawa sejumlah jala dan beberapa ton ikan basah. Dengan demikian nenek Kim<br />

Hoa akan percaya bahwa lantaran sudah tua maka perahu perang itu telah diubah menjadi<br />

semacam perahu penangkap ikan.<br />

Ketika tiba dipantai sebab tak mendapatkan lain kendaraan air tanpa curiga Kim hoa popo<br />

segera menyewa perahu tersebut.<br />

Dari lubang jendela, Boe Kie dan Tio Beng memperhatikan jalannya matahari dan rembulan<br />

yg selalu naik dari sebelah kiri perahu. Mereka tahu, bahwa perahu sedang berlayar ke arah<br />

selatan. Waktu itu sudah masuk musim dingin dan angin utara meniup dengan hebatnya,<br />

sehingga perahu berlayar dengan kecepatan luar biasa.<br />

“Gie hoe berada di pulau Penghwee to, di daerah Kutub utara, kata Boe Kie. “Untuk<br />

mencarinya, kita harus berlayar kearah utara. Mengapa Kim hoa popo memerintahkan perahu<br />

ini menuju ke selatan?<br />

“Si nenek tentu mempunyai niatan yang belum di ketahui kita, jawab Tio Beng. “Sekarang ini<br />

angin selatan belum waktunya turun, sehingga biar bagaimanapun juga, kita tidak akan bisa<br />

berlayar ke jurusan utara.<br />

Pada hari ketiga, diwaktu lohor, salah seorang anak buah memberi laporan kepada Tio Beng,<br />

bahwa Kim hoa popo sangan paham dengan jalanan air yg digunakan mereka. Si nenek tahu<br />

mana ada pulau yg ditempat apa bakal ada batu karang yg menonjol keatas dia bahkan lebih<br />

paham daripada anak buah perahu itu.<br />

Tiba tiba Boe Kie ingat sesuatu. “Ah! serunya dengan suara tertahan. “Apa dia bukan mau<br />

pulang ke pulau Leng coat to?<br />

“Leng coat to apa? menegas si nona.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1026

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!