20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Kang Goat mengertikah kau sekarang? (It Coen Hoan Cioe Kang Goat mempersembahkan<br />

secawan arak kepada rembulan_<br />

Coe Kioe Tin tertegun. Pertanyaan Boe Ceng Eng tak dapat dibantah. Memang Wie Pek<br />

menyerah waktu mengakhiri tulisan huruf goat dengan jurus Siang Koat Kwi Goan. Kalau<br />

benar begitu, ia sendiri yang jadi manusia tolol!<br />

Ia merasa malu bukan main dan dari malu ia menjadi gusar. Kenal memang mungkin kau<br />

kenal, tapi apa kau bisa memecahkannya? tanyanya dengan suara keras. Bisa jadi Piauw Ko<br />

sengaja mengalah terhadapku. Hm!..memang tak sukar menggoyangkan lidah. Lihatlah!<br />

Pelayan dalam rumahku pun mengenal pukulan itu.<br />

Muka Boe Ceng Eng merah padam, bahwa gusarnya. Soe Ko aku pulang saja! katanya<br />

dengan suara gemetar. Orang sudah mempersamakan aku dengan pelayan. Perlu apa kau<br />

berdiam lama di rumah ini?<br />

Wie Pek tertawa dan berkata, Soe Moay, Piauw Moay hanya berguyon, jangan kau<br />

menganggap bersungguh-sungguh. Di rumahmu pelayan kotor seperti dia tak terhitung berapa<br />

banyaknya.<br />

Mendengar perkataan yang menghina itu, Boe Kie panas hatinya.<br />

Bagus! Kau menghina pelayanku? kata Kioe Tin. Ceng Moay, biarpun kau berkepandaian<br />

tinggi, belum tentu kau bisa menjatuhkan dia dalam tiga jurus.<br />

Hm! Apa kau kira pelayan baumu mempunyai harga untuk melayaniku? nona Boe menjawab.<br />

Tin Ci kau terlalu menghinaku.<br />

Sampai disitu Boe Kie tak dapat menahan sabar lagi. Boe Kouwnio! teriaknya. Apa kau<br />

bukan manusia? Boe Kouwnio, janganlah kau menganggap dirimu sebagai manusia yang<br />

terlalu mahal!<br />

Walaupun darahnya meluap, untuk menghina si bocah, Ceng Eng melirikpun tidak. Ia<br />

berpaling kepada Wie Pek dan berkata, Soe Ko, kau lihatlah kurang ajarnya pelayan bau itu.<br />

Apa kau masih tetap berpeluk angina?<br />

Melihat sikap mohon dikasihani dari si nona, hati pemuda itu lantas saja lemas. Antara kedua<br />

gadis itu, ia sebenarnya tidak memilih kasih. Akan tetapi, di dalam hati kecilnya, ia<br />

mempunyai perhitungan sendiri. Gurunya, yaitu ayah Boe Ceng Eng, mempunyai kepandaian<br />

yang tinggi. Ia merasa, bahwa apa yang akan didapatkannya, takkan lebih daripada sebagian<br />

atau dua bagian kepandaian sang guru. Maka itu, apabila ia ingin memiliki kepandaian<br />

istimewa, tidak bisa ia harus mengambil hati nona Boe. Maka itulah, dia seraya tersenyum<br />

lantas saja berkata.<br />

Piauw Moay, apa benar pelayanmu mempunyai kepandaian tinggi? Bolehkah aku<br />

mengujinya?<br />

Kioe Tin mengerti, bahwa kakak itu coba membela Ceng Eng. Ia mau menolak tapi dalam<br />

otaknya mendadak berkelabat serupa ingatan.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 549

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!