20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Waktu berangkat dari rumah penginapan, Coei San bertekad untuk menemui sinona dan<br />

menanyakan urusan semalam. Tapi sekarang, melihat nona itu memakai pakaian perempuan,<br />

hatinya bersangsi lagi.<br />

Sekonyong-konyong sinona mendongak dan mengucapkan sebuah sajak:<br />

"Memeluk lutut dikepala perahu,<br />

Sambil menunggu seorang tamu.<br />

Angin meniup, ombak bergoyang.<br />

Duduk melamun, pikiran meiayang."<br />

"Aku yang rendah, Thio Coei San, ingin menanyakan sesuatu kepada nona," kata pemuda itu<br />

dengan suara nyaring.<br />

"Naiklah keperahu," mengundang Sinona.<br />

Dengan gerakan yang indah Coei San melompat ke atas<br />

"Kemarin awan hitam menutupi langit dan bulan tak muncul," kata nona itu. "Malam ini<br />

langit bersih, lebih menyenangkan daripada kemarin." Suaranya merdu dan nyaring tapi ia<br />

bicara sambil mengawasi langit.<br />

"Apakah boleh ku tahu she nona yang mulia?" tanya Coei San sambil membungkuk.<br />

Mendadak Sinona menengok dan matanya kedua yang bening menyapu muka itu. Tapi ia tak<br />

menjawab pertanyaan orang.<br />

Pemuda itu jadi kemalu-kemaluan. Tanpa berani mengeluarkan sepatah kata lagi, ia memutar<br />

badan dan lalu melompat kedaratan dan berlari-lari. Sesudah lari beberapa puluh tombak, ia<br />

menghentikan tindakannya. "Coei San! Coei San !'" Ia mengeluh "Kau dikenal sebagai<br />

seorang gagah yang selama sepuluh tahun didunia Kang ouw tidak mengenal apa artinya<br />

takut. Tapi mengapa begitu berhadapan dangan seorang wanita, kau lari terbirit birit ?" Ia<br />

menengok dan melihat perahu si nona maju perlahan-lahan disepanjang pingiran sungai,<br />

dengan menuruti aliran air. Dengan hati ber debar-debar, ia lalu berjalan disepanjang gili gili,<br />

berendeng dengan perahu, sedang nona itu sendiri masih tetap duduk dikepala perahu sambil<br />

memandang langit.<br />

Jilid 7___________________<br />

Sesudah berjalan beberapa lama, tanpa merasa Coei San dongak mengawasi rembulan yang<br />

sedang dipandang sinona. Tiba-tiba di sebelah timur laut muncul segumpal awan hitam. Benar<br />

juga orang kata, angin dan awan tak dapat ditaksir kedatangannya. Dengan cepat, awan itu<br />

bergerak dan meluas. Tak lama kemudian, rembulan sudah tertutup awan hitam dan berbareng<br />

dengan turunnya angin, hujan gerimis mulai turun.<br />

Ketika itu, Coei San sedang berjalan digili-gili yang berdampingan dengan sebidang tanah<br />

lapang dan disekitar itu tak ada tempat meneduh. Tapi pemuda yang sedang was-was itu pun<br />

tidak ingin cari tempat meneduh. Walaupun yang turun hanya gerimis, lama-lama pakaian<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 133

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!