20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Wan Kiauw berulang ulang minta maaf karena dia tidak dapat menjamu semua tetamunya<br />

lebih dari pada itu. Sebaliknya kawanan tetamu itu sembari dahar mereka saban-saban<br />

memandang ke arah luar seperti juga mereka lagi menantikan orang.<br />

Diam diam Song Wan Kiauw dan saudara saudaranya memperhatikan gerak gerik mereka.<br />

Semua ciang boen jin atau Pangcoe tidak ada yang membekal senjara, tetapi banyak murid<br />

mereka membawa senjata. Hanya murid-murid Go bie pay, Koen loan pay dan Khong tong<br />

pay yang bertangan kosong.<br />

Boe tong pay belum lama didirikan, di kaki gunung belum dipasang "Kay Kiam Giam", yaitu<br />

batu tanda untuk meletakkan pedang. Dengan "pedang" diartikan pelbagai macam senjata<br />

tajam. Karena itu, meskipun ada yang membawa pedang naik kegunung dan termasuk<br />

perbuatan kurang pantas, sekalian tetamu itu tidak dapat dilarang kedatangannya. Tuan rumah<br />

sendiripun tidak dapat menegur. Cuma di dalam hati merasa tidak puas. Kata Wan Kiauw<br />

didalam hatinya: "Kalian datang untuk memberi selamat pada guruku, mengapa kalian diamdiam<br />

membekal senjata?"<br />

Ada lagi yang tidak memuaskan pihak Boe tong pay, yang membikin terlebih nyata bahwa<br />

tetamu-tetamu itu mengandung sesuatu maksud. Pelbagai bingkisan yang dibawa oleh<br />

mereka, mieshoa dan lainnya, semua barang pembelian sambil lalu disusun di kaki gunung<br />

Boe tong san, semua dibeli secara kesusu. Bingkisan semacam itu tidak saja tidak tepat untuk<br />

Thio Sam Hong, juga tidak sesuai dengan derajatnya pelbagai tetamu golongan ketua itu.<br />

Melainkan bingkisan Go bie pay yang tepat, ialah enam belas perabot kumala berikut<br />

sepotong jubah warna merah yang sekalian disulamkan seratus huruf "Sioe" (umur) pelbagai<br />

model.<br />

Thio Sam Hong girang sekali. Ia mengucapkan terima kasih. Ia memuji kepandaian<br />

menyulam itu. Murid murid Go bie pay bukan hanya pandai silat, katanya.<br />

Selagi gurunya itu berkata kata, Siong Kee terus berpikir: "Entah semua orang ini masih<br />

menantikan siapa lagi.... Soehoe tidak gemar akan keramaian. Maka juga sahabat-sahabat Boe<br />

tong pay tidak ada yang diundang. Kalau tidak, tidaklah kita menjadi mencil semacam ini<br />

hingga kita tidak mempunyai bala bantuan....."<br />

Thio Sam Hong biasa merantau. Tujuh murid nya juga banyak perbuatan baiknya. Jikalau<br />

melepas undangan mendatanglah banyak sahabat yang liehay.<br />

Jie Lian Cioe, yang berpikir seperti Siong Kee, berbisik pada adik seperguruannya itu: "Kita<br />

sudah pikir sehabis ulang tahun Soehoe, akan melepas undangan guna rapat orang gagah di<br />

Lauw teng Hong ho lauw, siapa tahu karena kita berayal, sekarang kita mengalami kegagalan<br />

ini."<br />

Ia bermaksud didalam rapat itu memberi ketika kepada Thio Coei San untuk menjelaskan,<br />

bahwa Coei San tidak menjual sahabat agar dia bebas, atau kalau ada yang mendesaknya,<br />

pihaknya mungkin memperoleh simpati dan bantuan dari banyak hadirin lainnya. Diluar<br />

dugaan, pihak "musuh" telah mendahului, sekarang mereka meluruk datang.<br />

"Sekarang kita cuma dapat berkelahi mati-matian," berbisik Siong Kee kemudian.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 339

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!