20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

jangka waktu yang lama. Maka itu, ia mengambil jalan yang lebih pendek. Untuk menambal<br />

kekurangan dalam lweekang, ia memetik bagian2 yang paling bagus dari berbagai ilmu silat<br />

dalam dunia persilatan.<br />

Sesudah berlatih beberapa lama, Tio Beng berkata Panggil Biat Coat Loo nie!<br />

Sudah 5 hari Biat Coat mogok makan jawab seorang pengawal baju kuning.<br />

Sampai hari ini dia msih keras kepala.<br />

Biar dia mati kelaparan! kata si nona sambil tersenyum. Kalau begitu, panggillah Cioe Ci<br />

Jiak!<br />

Semenjak kembali dari Boe Tong, dari kakek gurunya, Boe Kie sudah mengerti segala<br />

kejadian semenjak ia berpisahan dengan Thay soehoe itu. Ia tahu, bahwa Cioe Ci (Tit) Jiak<br />

adalah si gadis yang dulu ditolong Thio Sam Hong ditengah sungai Han soei. Pada waktu itu,<br />

mereka berdua masih kecil. Tapi kecintaan, atau sedikitnya keramah tamahan, si nona tak<br />

dapat dilupakan olehnya. Di Kong beng teng atas perintah Biat Coat, Cie Jiak pernah<br />

menikam dia. Tapi ia sedikit tidak pernah merasa sakit hati. Sekarang mendengar perintah Tio<br />

Beng, tiba2 jantung memukul keras.<br />

Tak lama kemudian, sejumlah pengawal baju kuning mengawal nona Cioe untuk masuk<br />

kurungan itu. Boe Kie mendapat kenyataan, bahwa si nona banyak lebih kurus, tapi<br />

kecantikannya tetap tak berubah. Ia bertindak masuk dengan sikap tenang, seolah2 ia tidak<br />

memikiri lagi soal hidup atau mati.<br />

Lok Thung Kek segera menanyakan apa Cioe Ci Jiak suka menakluk, tapi si nona tak<br />

menjawab dan hanya menggelengkan kepala. Baru saja kakek itu mau memerintahkan orang<br />

sebawahannya turun ke gelanggang, tiba2 Tio Beng berkata. Aku sungguh merasa kagum,<br />

bahwa dalam usia yang masih begitu muda kau telah menjadi salah seorang murid terpenting<br />

dari Go Bie Pay. Kudengar kau sangat disayang oleh Biat Coat Soethay dan telah mendapat<br />

ilmu yang paling tinggi dari gurumu. Apa begitu?<br />

Ilmu silat guruku sangat luas dan dalam jawabnya. Mana bisa orang gampang2 mewarisi<br />

ilmunya yang paling tinggi?<br />

Tio Beng tertawa. Menurut peraturan disini asal saja orang bisa menangkan 3 orangku, ia<br />

akan segera diantar keluar tanpa diganggu selembar rambutpun katanya. Mengapa gurumu<br />

begitu sombong dan sungkan memperlihatkan ilmu silatnya kepada kami?<br />

Dalam menghadapi kebinasaan, guruku sungkan dihina sahut nona Cioe Mana boleh<br />

Ciangboen Go Bie pay mencari keselamatan dari orang2 sebawahanmu? Kau benar! Guruku<br />

memang tak memandang sebelah mata kepada manusia2 rendah yang jahat dan kejam.<br />

Memang benar soehoe tak sudi bertanding dengan manusia2 seperti kau dan anjing2mu!<br />

walaupun disemprot dengan perkataan2 tajam, Tio Beng kelihatan tidak menjadi gusar. Ia<br />

bahkan masih tertawa. Bagaimana dengan Cioe Kauwnio sendiri? tanyanya.<br />

Aku seorang muda, belum mempunyai pendirian sendiri jawabnya. Aku hanya turut apa yang<br />

dikatakan oleh guruku.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 943

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!