20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

yang bersembunyi jangan digunakan) Sambil miringkan tangan kirinya, ia menyambut dengan<br />

Lweekang yang aneh, yaitu setengah berkumpul, setengah buyar, separuh bersembunyi,<br />

separuh keluar. Wie Pek terkesiap, gelombang pukulannya yang pertama amblas seperti batu<br />

amblas di dalam laut. Hampir berbareng dengan suara Krek! Tulang lengan kanannya patah.<br />

Untung juga karena menaruh belas kasihan ia menahan te<strong>naga</strong> gelombang ketiga. Jika tidak,<br />

mereka berdua sama-sama terluka berat.<br />

Coe Kioe Tin dan Ceng Eng mengeluarkan teriakan kaget dan serentak mengeluarkan<br />

teriakan kaget dan serentak lagi menghampiri Wie Pek. Taka pa-apa, katanya sambil<br />

meringis.<br />

Dengan berbaring, kedua nona itu menumpahkan kegusaran di atas kepala Boe Kie. Tanpa<br />

mengeluarkan sepatah kata, mereka memukul badan dan menghantam dada si bocah. Boe Kie<br />

yang belum hilang kagetnya sebab melihat akibat pukulannya, tidak bergerak dan tinju kedua<br />

gadis itu tepat mengenai dadanya, Uh! dengan badan bergoyang-goyang ia muntahkan darah!<br />

Dada si bocah sakit, tapi hatinya lebih sakit. Dengan mati-matian aku berkelahi untuk<br />

membuat mukamu terang, katanya didalam hati. Tapi waktu aku menang, kau berbalik<br />

memukul aku.<br />

Tahan! teriak Wie Pek.<br />

Kedua gadis itu tidak memukul lagi.<br />

Dengan paras muka pucat. Wie Pek mengayun tangan kirinya dan menghantam Boe Kie. Boe<br />

Kie yang dengan melompat jauh berhasil menyelamatkan dirinya.<br />

Piauw Ko, kata nona Coe, kau sudah terluka, perlu apa kau meladeni anak yang kurang ajar<br />

itu? Aku yang salah. Sebenarnya tak boleh aku mengadu kau dengannya. Dia seorang gadis<br />

yang beradat tinggi. Kalau bukan melihat akibat dari perbuatannya, tak gampang-gampang ia<br />

mau mengaku bersalah.<br />

Tapi diluar dugaan, Wie Pek jadi makin gusar. Ia tertawa dingin seraya berkata, Piauw Moay,<br />

pelayanmu benar-benar lihai. Kau sendiri mana bersalah? Tapi aku masih merasa penasaran.<br />

Ia mendorong Kioe Tin dan lalu menerjang Boe Kie.<br />

Si bocah mau melompat mundur, tapi Boe Ceng Eng yang berdiri di belakangnya segera<br />

mendorong punggungnya sehingga tinju Wie Pek mampir tepat di hidungnya yang lantas saja<br />

bocor.<br />

Dalam sekejab Boe Kie sudah dikepung oleh tiga orang dan tujuh delapan pukulan dengan<br />

beruntun jatuh di badannya. Beberapa kali ia muntah darah, tapi sebagai manusia kepala batu,<br />

dengan nekat ia melawan terus. Ia menggunakan segala macam ilmu silat yang dimilikinya.<br />

Silat Cia Soen, ilmu kedua orang tuanya, pukulan-pukulan Boe Tong Pay dan berkelahi<br />

bagaikan harimau edan. Walaupun Lweekangnya masih sangat cetek, tapi karena<br />

kenekatannya ditambah dengan pukulan-pukulan dari ilmu-ilmu silat yang sangat tinggi,<br />

seperti Hang Liong Sip Pat Ciang, maka untuk sementara waktu ia masih dapat<br />

mempertahankan diri.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 553

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!