20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

telukan iblis), Tadi aku tidak bisa melihatinya karena dalam ilmu pedang itu terdapat banyak<br />

sekali perubahan. Tapi. . mengapa mereka mengaku baru datang dari See-ek ?"<br />

"Ada sebabnya," jawab Ho Ciok Too, "Pada musim semi tahun lalu, aku main khim di puncak<br />

Keng sin hong gunung Koen loen san. Tiba-tiba aku mendengar suara pertempuran di luar<br />

gubuk. Aku segera keluar dan melihat dua orang yang masing-masing terluka berat sedang<br />

berkelahi mati-matian, Aku berteriak supaya berhenti, tapi dia tak meladeni. Karena merasa<br />

tak tega, aku segera memisahkan mereka. Begitu dipisahkan, salah seorang terbalik matanya<br />

dan menarik napasnya yang penghabisan. Yang satu lagi belum mati dan dulu aka<br />

membawanya kedalam gubukku dan coba menolong dengan memberikan pel Siauw yang tan<br />

kepadanya. Tapi sebelah lukanya terlalu berat, obatku tidak berhasil. Sebelum meninggal, ia<br />

memperkenalkan diri sebagai In Kek See.."<br />

"Ah!" seru sinona, "Orang yang satunya lagi mestiaya Siauw Siang Coe. Bukankah orang<br />

yang binasa lebih pula bertubuh jangkung kurus dan bermuka seperti mayat<br />

?"<br />

"Benar," jawabnya. "Bagaimana kau tahu?". Kata sinona sambil tertawa. "Aka tak nyana pada<br />

akhirnya kedua mustika hidup itu mampus dengan saling bunuh."<br />

Ho Ciok Too menghela napas dan berkata pula: " Sebelum mati, In Kek See mengatakan<br />

bahwa selama hidup, ia telah berbuat banyak sekali kedosaan dan sekarang ia merasa sangat<br />

menyesal, tapi sudah terlambat. Ia memberitahukan, bersama Siauw Siang Coe, ia telah<br />

mencuri sejilit kitab suci dari Siauw lim sie. Sesudah memiliki kitab itu, mereka saling curiga.<br />

Masing2 merasa kuatir, bahwa jika yang satu memahami kitab itu terlebih dulu dan berhasil<br />

mempertinggi ilmu silatnya, dia segera menurunkan tangan jahat untuk membinasakan yang<br />

lain guna memiliki sendiri kitab suci itu. Demikianlah, masing2 saling mengawasi dua<br />

sungkan berpisahan. Mereka makan disatu meja dan tidur satu ranjang Sedikitpun hati mereka<br />

tak pernah tenang. Diwaktu makan, masing-masing kuatir racun. Diwaktu tidur, masingmasing<br />

takut kalau-kalau yang satu turunkan tangan jahat selagi pulas. Di samping itu,<br />

mereka juga kuatirkan kejaran pendeta2 Siauw lim sie. Mereka kabur sampai di See-ek.<br />

Setibanya di Keng sin hong, keduanya sudah lelah sekali. Mereka mengerti bahwa dengan<br />

hidup begitu terus menerus, belum sepuluh hari, mereka tentu sudah binasa. Mereka jadi<br />

nekat dan terus bertempur untuk mengakhiri keadaan yang gila itu. In Kek See mengatakan,<br />

bahwva ilmu silat Siauw Siang Coe sebenarnya banyak lebih tinggi dari padanya. Semula ia<br />

tak mengerti, mengapa dalam perkelahian, Siauw Siang Coe hanya lebih unggul sedikit.<br />

Belakagan ia baru igat, bahwa kawan yang berubah jadi musuh itu telah mendapat luka di<br />

gunung Hwa-san. Jika mereka tidak saling curiga, mereka tentu tak akan mendaki Koen loensan."<br />

Mendengar penuturan itu, Kwee Siang kelihatan berduka. Ia menghela napas berkata: "Hai!<br />

Karena sejilid kitab, mereka bersama-sama mengorbankan jiwa. Berapa harganya kitab itu ?"<br />

Ho Ciok Too mengangguk dan kemudian melanjutkan perkataannya : "In Kek See bicara<br />

dengan napas tersengal-sengal dan suara ter-putus2. Akhirnya ia meminta supaya aku suka<br />

pergi kekuik Siauw-lim-sie dan menemui seorang pendeta yang bernama Kak wan. Ia<br />

memberitahukan, bahwa kitab suci itu berada didalam minyak. Aku heran mengapa didalam<br />

minyak? Selagi mau menayakan terlebih terang, ia sudah tak tahan lagi dan pingsan. Ia<br />

pingsan untuk tidak tersadar pula. Sesudah ia mati, aku teras memikiri arti perkataannya. Di<br />

dalam minyak ? Apa ia maksud kan kitab itu di bungkus didalam kain minyak. Dengan teliti<br />

aku memeriksa jenazah mereka, tapi aku tak bisa mendapatkan kitab itu. Sesudah menerima<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 41

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!