20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

seorang too soe yang berdiri dipinggiran sedang empat kawannya yang lain berjalan sambil<br />

menggiring kereta.<br />

Ia berdiam sejenak dan kemudian berkata lagi<br />

"Diluar dugaan, pemuda kurus itu sangat lihay dan dalam tigapuluh julUs, aku belum dapat<br />

menjatuhkannya. Mendadak imam yang berdiri di pinggiran mengayun tangan kirinya dan<br />

tiga batang piauw menancap ditanganku.<br />

"Begitu kena, lenganku sakit sakit gatal. Aku gusar dan kegusaranku di tambah dengan<br />

perkataan sikurus yang sangat kurang ajar, yang sesumbar ingin menangkap aku. Aku segera<br />

membalas dengan tiga batang jarum dan ahirnya berhasil meloloskan diri" Berkata sampai<br />

disitu, muka sinona bersemu merah. Mungkin sekali sikurus yang dikatakan kurang ajar telah<br />

mengeluarkan kata-kata yang tak sopan.<br />

"Melepaskan Bwee hoa piauw dengan tangan kiri banyak lebih sukar daripada dengan tangan<br />

kanan," kata Coei San, "Tapi mengapa murid Siauw lim pay mengenakan pakaian toosoe?<br />

Apa dia menyamar?"<br />

Nona In tersenyum. "Kalau toosoe mau menyamar sebagai hweeshio, dia harus menyukur<br />

rambut," katanya. "Banyak lebih mudah kalau hwee shio menyamar sebagai toosoe. Sudah<br />

cukup jika dia memakai topi toojin"<br />

Pemuda itu mengangguk sambil bersenyum.<br />

"Aku mengerti, bahwa pada waktu itu aku tak bisa berbuat banyak," kata pula nona In.<br />

"melawan pemuda kurus itu saja, aku belum bisa menang, apalagi jika ditambah dengan<br />

siimam, yang kelihatannya lebih lihay lagi. Aku yakin, biar bagaimanapun aku tak akan dapat<br />

melawan enam orang itu."<br />

Coei San membuka mulutnya, tapi ia tak dapat mengeluarkan sepatah kata.<br />

"Aku tahu apa yang dipikir olehmu," kata sinona. "Kau tentu ingin mengatakan mengapa kau<br />

tak mau naik ke Boe tong dan memberitahukan hal itu pada kami ? Bukankan kau ingin<br />

menanya begitu ? Hai! Sebabnya adalah karena aku tak boleh naik ke Boe tong! Kalau dapat<br />

maju sendiri, perlu apa aku minta bantuan Touw Tay Kim untuk mengantar Jie Samhiap ?<br />

Aku merasa sangat bingung dan tak tahu harus berbuat bagaimana. Selagi berjalan dengan<br />

rasa sangsi, mendadak aku lihat kau yang sedang bicara dengan Touw Tay Kim. Belakangan,<br />

dengan mengikuti rombongan piauwkiok itu aku turut naik ke Boe tong. Dalam kekalutan dan<br />

kedukaan, orang tidak memperhatikan diriku. Kalian menganggap aku sebagai anggauta<br />

piauw hang, sedang rombongan Liong boen Piauw kiok menganggap aku sebagai orang Boe<br />

tong pay."<br />

Tiba-tiba sipemuda ingat sesuatu "Aha!" serunya. "Hari itu kau menyamar sebagai tukang<br />

kereta, bukan? Tudungmu ditekan kebawah sampai hampir menutupi muka."<br />

"Sungguh lihay mata Thio Ngo hiap," jawab si nona sambil tertawa. "Jika waktu itu kau tidak<br />

dilipati kegusaran dan kesedihan, mungkin sekali rahasiaku sudah diketahui olehmu. Tapi aku<br />

tak dapat mengabui mata Song Toa hiap?"<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 140

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!