20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Biarpun sudah mempelajari macam-macam ilmu silat, Tio Beng tidak berdaya lagi. Pada detik<br />

yang sangat berbahaya tanpa berpikir lagi Boe Kie melompat dan meraih pergelangan tangan<br />

Cie Jiak. Nona Cioe menyikut dengan sikut kirinya. “Duk!”, sikut it mampir tepat di dada Boe<br />

Kie. Walaupun dilindungi Kioe-yang Sin-kang, Boe Kie terhuyung dan darahnya bergolak,<br />

sebab te<strong>naga</strong> benturan itu bukan main kuatnya. Melihat pemimpinnya menghadapi bahaya,<br />

Hoan Yauw melompat dan mendorong pundak Cie Jiak. Dengan gerakan luar biasa si nona<br />

ngebut pergelangan tangan Hoan Yauw dengan jari-jari tangannya dan segera Hoan Yauw<br />

separuh badannya merasa kesemutan sehingga ia tidak bisa menyerang lagi.<br />

Dengan adanya rintangan itu, Tio Beng sudah maju setengah langkah sehingga batok<br />

kepalanya lolos dari pukulan. Tiba-tiba ia merasakan sakit hebat karena lima jari tangan Cie<br />

Jiak sudah menancap di pundak kanannya di dekat leher.<br />

Sambil mengeluarkan teriakan kaget, Boe Kie mendorong calon istrinya. Dengan telapak<br />

tangan kiri Cie Jiak membabat pergelangan tangan Boe Kie dan kemudian dengan tubuh tidak<br />

bergerak ia mengirim pukulan berantai, semuanya delapan pukulan. Mau tak mau Boe Kie<br />

melindungi diri dengan Kian-koen Tay lo-ie.<br />

Semua kejadian itu sudah terjadi dalam sekejap mata, seluruh ruangan pesta sunyi senyap dan<br />

jago-jago Rimba Persilatan menyaksikannya. Sambil menahan nafas Tio Beng roboh dan<br />

darah mengucur dari lima lubang di pundaknya.<br />

Dilain saat Cie Jiak menghentikan serangannya. “Thio Boe Kie!” bentaknya, “Sekarang kau<br />

benar-benar sudah mabuk oleh perempuan siluman itu dan kau menyia-nyiakan aku!”<br />

“Cie Jiak!” kata Boe Kie dengan suara memohon, “Kuharap kau bisa membayangkan<br />

penderitaanku. Menikah dengan kau sedikitpun Thio Boe Kie tidak merasa menyesal. Aku<br />

hanya mohon supaya pernikahan ini ditangguhkan untuk sementara waktu.”<br />

“Sesudah pergi, kau jangan kembali lagi,” kata Cie Jiak dengan suara dingin.<br />

Sementara itu Tio Beng sudah bangun berdiri. Tanpa mengeluarkan sepatah kata, ia berjalan<br />

keluar dengan darah mengucur di pundaknya.<br />

Orang-orang gagah yang hadir di situ sudah kenyang menyaksikan kejadian-kejadian luar<br />

biasa dalam dunia ini, tapi peristiwa berdarah semacam itu, saat dua jago perempuan berebut<br />

suami adalah pengalaman yang pertama kali.<br />

Tiba-tiba Boe Kie membanting sebelah kakinya, “Cie Jiak!” katanya dengan suara parau.<br />

“Budi Giehoe terhadapku besar bagaikan gunung…kecintaannya mendalam seperti<br />

lautan…Oh Cie Jiak! Kuharap kau mengerti perasaanku….” Sehabis berkata begitu ia<br />

menguber Tio Beng. In Thian-Ceng, Yo Siauw, Song wan Siauw Song Wang Kiauw In Lie<br />

Heng dan lain-lain yang tak tahu latar belakang kejadian itu tidak berani bergerak.<br />

Saat semua orang kebingungan, tiba-tiba Cie Jiak merobek sutra merah yang menutup<br />

kepalanya. “Tuan-tuan, lihatlah!” teriaknya dengan suara nyaring. “Dia sudah mengkhianati<br />

aku. Mulai hari ini, Cioe Cie Jiak dan orang she Thio itu putus hubungan.” Seraya berkata<br />

begitu, ia mengangkat coe koa dari kepalanya, mencengkeram segenggam mutiara dan<br />

melemparkan cu khoa itu, kemudian sambil menggertakkan gigi dengan kedua tangannya ia<br />

meremas mutiara itu menjadi hancur seperti tepung dan jatuh ke lantai. “Jika aku tidak bisa<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1241

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!