20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Jika kejadian itu terjadi pada empat rahun berselang, Boe Kie tentu akan berlaku nekat,<br />

karena baginya, tiada jalan lain daripada mati. Ia tentu akan menolak segala paksaan dan<br />

menutup mulutnya rapat2. tapi sekarang, sesudah memiliki Kioe yang Sin kang, ia jadi<br />

mantep dan percaya dirinya sendiri. Maka itu, sesudah hilang kagetnya, ia tertawa dalam<br />

hatinya dan sedikitpun ia tidak merasa takut. Ia hanya merasa mendongkol dan menyesal,<br />

karena tak pernah menduga, bahwa gadis dusun itu akan mengkhianati dirinya.<br />

Beberapa saat kemudia, nona itu sudah berdiri didekat Boe Kie. Untuk beberapa lama, ia<br />

mengawasi pemuda itu dan kemudian perlahan lahan memutar badan.<br />

Waktu ia memutar badan, Boe Kie mendengar hela nafas perlahan yang penuh dengan<br />

perasaan sedih. Kau boleh turun tangan sesuka hati, kata pemuda itu didalam hati. Perlu apa<br />

berlagak sedih?<br />

Tiba tiba Wie Pek mengibas pedangnya dan berkata dengan suara dingin. Kau mengatakan<br />

bahwa sebelum mati, kau ingin bertemu lagi dengan dia untuk penghabisan kali. Semula<br />

kukira ia tampan laksana Phoa An, tak tahunya manusia beroman memedi. Ha ha ha Sungguh<br />

menggelikan. Kau dan dia sungguh pasangan setimpal.<br />

Gadis itu sama sekali tidak menjadi gusar. Benar, jawabnya dengan tawar. Sebelum mati, aku<br />

ingin bertemu lagi dengan dia, sebab aku mau mengajukan sebuah pertanyaan. Sesudah<br />

mendengar jawabannya, barulah aku bisa mati dengan mata meram.<br />

Boe Kie heran tak kepalang. Didengar dari omongan kedua orang itu, mereka berenam<br />

kelihatannya mau membinasakan si gadis dusun dan nona tersebut sudah mengajukan sebuah<br />

permintaan terakhir, yaitu minta menemui dirinya sendiri untuk menanyakan sesuatu.<br />

Memikir begitu, ia lantas saja bertanya, Nona ada urusan apakah kau datang kemari bersama<br />

orang orang itu?<br />

Aku ingin mengajukan sebuah pertanyaan kepadamu dan kau harus menjawabnya dengan<br />

setulus hati, katanya.<br />

Kalau pertanyaanmu mengenai diriku pribadi aku tentu menjawab dengan seterang terangnya<br />

dan setulus tulusnya, kata Boe Kie. Tapi jika kau mengajukan pertanyaan yang mengenai<br />

dirinya orang lain. Maaf, biarpun aku dibunuh mati, aku tak akan membuka mulut. Ia<br />

menjawab begitu sebab menduga, bahwa pertanyaan yang akan diajukan adalah halnya Cia<br />

Soen.<br />

Perlu apa kau mencampuri urusan orang lain, kata si nona dengan suara dingin. Pertanyaan<br />

yang kuinginkan adalah ini. pada hari itu kau mengatakan kepadaku, bahwa kita berdua<br />

adalah orang2 yang hidup sebatang kara dan tak punya tempat meneduh. Oleh karena itu, kau<br />

bersedia untuk mengawani aku. Sekarang aku mau tanya. Apakah pernyataanmu itu keluar<br />

dari hati yang tulus bersih?<br />

Boe Kie segera berduduk. Melihat sinar mata nona itu yang penuh kedukaan, ia lantas saja<br />

menjawab. Aku bicara sesungguhnya.<br />

Kalu begitu, bukankah kau tak mencela romanku yang jelek dan bersedia untuk hidup<br />

bersama-sama aku seumur hidup? tanya pula si nona.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 610

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!