20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Begitu terbuka jalan darahnya, ia bergidik. Ia mengawasi kakeknya dan melihat kedua tangan<br />

Boe Kie sedang mencekal kedua tumit kakinya dan semacam hawa hangat masuk kedalam<br />

badannya dari kedua kakinya itu.<br />

Sesaat itu Boe Liat telah menghantam dengan telapak tangannya. Dengan nekad ia<br />

mengangkat tangannya dan menangkis. Ia merasa, bahwa hancurnya tulang lengan lebih baik<br />

dari pada hancurnya tulang pundak. Mimpipun ia tak pernah mimpi, bahwas tangkisannya itu<br />

sudah membuat terpentalnya tubuh Boe Liat sampai beberapa tombak. Ia terkesiap dan<br />

berkota dalam hatinya.<br />

Apakah aku mendapat bantuan dari Tioe pat-koay? Apakah Tioe-pat koay seorang tokoh<br />

rimba persilatan ini berkepandaian luar biasa tinggi?<br />

Sesudah menyaksikan lihainya nona itu, Ho Thay Ciong tak berani mengadu te<strong>naga</strong>. Sambil<br />

menghunus pedang itu berkata, Aku ingin meminta pelajaran kiamhoat dari nona.<br />

Aku tak punya pedang, kata si nona sambil tertawa.<br />

Dengan kakinya Ho Tay Ciong menyontek pedang Boe Ceng Eng yang lantas terbang kearah<br />

si nona yang lalu menyubitnya. Sebagai seorang Ciang Boen Jin dari sebuah partai besar,<br />

dalam menghadapi seorang yang tingkatnya lebih muda, Ho Thay Ciong sungkan bergerah<br />

lebih dahulu.<br />

Kau mulailah, ia mengundang. Kau boleh menyerang lebih dulu dalam tiga jurus dan sesudah<br />

itu, barulah aku membalas.<br />

Tanpa sungkan2 lagi si nona lalu menikam dan Ho Thay Ciong menangkis. Trang! kedua<br />

pedang itu patah bersama sama.<br />

Paras muka Ho Thay Ciong pucat pias. Ia melompat mundur beberapa tindak. Sayang!<br />

Sungguh saying! kata si nona. Ia mengerti, bahwa Boe Kie sudah memasukkan semacam<br />

te<strong>naga</strong> luar biasa (yaitu te<strong>naga</strong> Kioe yang Sin kang) ke dalam tubuhnya, tapi karena ia masih<br />

belum bisa menggunakannya, maka pedangnya sendiripun turut menjadi patah. Bila ia telah<br />

dapat menggunakan Kioe yang Sin kang, senjatanya pasti akan tinggal utuh.<br />

Pan Siok Ham heran tak kepalang. Bagaimana bisa begitu? tanyanya dengan suara perlahan.<br />

Ilmu silatmu! jawabnya sang suami.<br />

Dengan rasa penasaran nyonya itu lalu menghunus pedang. Akupun ingin meminta pelajaran,<br />

katanya dengan suara menyeramkan.<br />

Si nona mengangkat kedua tangannya untuk mengunjuk, bahwa ia tak punya senjata lagi.<br />

Kau boleh menggunakan pedaang itu, kata Pan Siok Ham sambil menuding pedang Wie Pek<br />

yang menggeletak ditempat yg agak jauh.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 616

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!