20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

“Itulah berkat jasa Liong tauw Toako,” jawabnya sambil tertawa. “Hari itu, ketika Ciang pang<br />

dan Ciang poen Lio tauw makan minum di sebuah Cioe-lauw, mereka lihat tiga orang yang<br />

tidak dikenal. Sesudah diselidiki, salah seorang adalah Cioe Kouwnio. Ciang poen Liong tauw<br />

Toako segera mengirim orang untuk mengundangnya. Legakan hatimu. Cioe Kouwnio sehat<br />

walfiat, tak kurang satu apa.”<br />

Boe Kie mengeluh. Sekarang baru ia tahu bahwa hari itu mereka sebenarnya dikenali. “Jika<br />

Giehoe tidak buta, ia bisa lihat bahwa rahasia sudah terbuka,” pikirnya. “Hai… aku dan Cie<br />

Jiak masih terus mimpi…” Tapi bagaimana dengan keselamatan Giehoe?” Dia bingung sebab<br />

Tan Yoe Liang tak pernah menyebut-nyebut ayah angkatnya.<br />

Sementara itu si orang she Tan sudah berkata pula. “Song Heng tee, sesudah kau menikah<br />

dengan Cioe Kouwnio, Go Bie dan Boe tong pay harus menurut perintah Kay pang. Siauw<br />

lim pay sudah berada dalam tanganku. Ditambah dengan Kay Pang dan Beng Kauw, te<strong>naga</strong><br />

kita bukan main besarnya. Kita pasti bisa mengalahkan orang Mongol dan merebut negeri.<br />

Huh…huh… negara akan segera menukar majikan.”<br />

Tan Yoe Liang berbicara dengan hati berbunga bunga. Ia memperlihatkan lagak seolah olah<br />

Kay pang sudah merebut seluruh negeri dan ia sendiri akan segera naik ke tahta kerajaan.<br />

Ciang poen Liaong tauw dan Song Ceng Soe juga turut ketawa, tapi tertawa mereka tertawa<br />

getir.<br />

“<strong>Mar</strong>i kita berangkat,” ajak Tan Yoe Liang. “Song Heng tee Bok Cit hiap binasa di dekat ini.<br />

Kau telah memasukkan jenazahnya ke dalam gua yang rasanya tak jauh dari sini. Bukankah<br />

begitu? Tadi, kudamu tiba tiba roboh. Apakah roh Bok Cit hiap menunjukkan<br />

keangkerannya? Ha.. ha.. ha!.... ha.. ha.. ha!...”<br />

Kata kata itu membangunkan bulu roma Song Ceng Soe yang lantas saja berjalan dengan<br />

terpincang pincang.<br />

Sesudah ketiga orang itu berlalu, Boe Kie lalu membuka jalan darah keempat pamannya<br />

sambil berlutut ia manggut manggutkan kepalanya dan berkata, “Soepeh, Soesiok, tadi titjie<br />

berada dalam keadaan terjepit dan tidak bisa membersihkan diri, sehingga karena terpaksa,<br />

titjie telah melakukan perbuatan berdosa terhadap Soepeh dan Soesiok. Titjie bersedia untuk<br />

menerima segala hukuman.”<br />

Song Wan Kiauw menghela napas panjang, air matanya mengucur dan ia menengadah tanpa<br />

mengeluarkan sepatah kata.<br />

Jie Lian Cioe segera membangunkan keponakannya dan berkata dengan suara menyesal.<br />

“Perhubungan kita bagaikan perhubungan tulang dan daging. Hal itu tak usah disebut sebut<br />

lagi. Aku sungguh tidak duga, bahwa Ceng Soe… Ceng Soe… Hai!... kalau bukan mendengar<br />

dengan kuping sendiri, siapa yang bisa percaya?”<br />

Tiba tiba “srt…!” Song Wan Kiauw menghunus pedang. “Binatang…!” katanya dengan suara<br />

gemetar. “Sam wie Soe tee, anak Boe Kie, mari kita kejar. Biar kubunuh binatang itu dengan<br />

tangan sendiri.” Seraya berkata begitu, badannya berkelebat dan ia mengubar puteranya<br />

dengan menggunakan ilmu mengentengkan badan.<br />

“Toako, balik!” teriak Thio Siong Kee. “Kita harus berdama dulu.” Tapi Song Tayhiap tidak<br />

meladeni.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1185

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!