20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Biarpun berkepandaian tinggi, Hian beng Jieloo tak mengenal Kian koen Tay lo ie tingkat<br />

ketujuh. Dalam silat Tionggoan memang terdapat ilmu “meminjam te<strong>naga</strong> dan empat tahil<br />

memukul ribuan kati” tapi orang yang berkepandaian seperti mereka tak gampang-gampang<br />

bisa diserang ilmu begitu. Maka itu, Lok Thung Kek sama sekali tak pernah menduga bahwa<br />

serangan-serangan adik seperguruannya adalah karena perbuatan Boe Kie.<br />

Jilid 78__________________________<br />

Di dalam hati Ho Pit Ong tahu bahwa Boe Kie lah yang main gila. “Setan! Kurang ajar kau!”<br />

cacinya.<br />

“Benar, tak usah panggil dia soeko lagi!” menyambung Tio Beng. “Memang dia setan!”<br />

Sesaat itu Boe Kie menarik pukulan Ho Pit Ong ke pipi Lok Thung Kek, yang begitu kena<br />

lantas saja bengkak.<br />

“Boe Kie Koko, mari kita bantu Yo Co Soe,” kata Tio Beng.<br />

Melihat kalapnya Lok Thung Kek, Boe Kie tahu bahwa siasatnya sudah berhasil. “Ho Sian<br />

seng, aku serahkaan penjahat cabul itu kepadamu,” katanya seraya melompat keluar dari<br />

gelanggang pertempuran.<br />

“Ho Sianseng,” kata Tio Beng, “sesudah kau membekuk soeko mu, kau boleh pinjam pit kip<br />

To Liong To selama sebulan.”<br />

Sesudah Boe Kie dan Tio Beng berlalu, kedua kakek itu bertempur terus sampai keduaduanya<br />

terluka. Ho Pit ong coba membersihkan diri, tapi Lok Thung Kek tak bisa percaya<br />

sehingga akhirnya mereka menjadi musuh.<br />

Dengan mengikuti suara beradunya senjata, Boe Kie dan Tio Beng pergi ke tempat<br />

pertempuran Yo Siauw dan kawan-kawannya. Di atas tanah menggeletak lima mayat, Yo<br />

Siauw melayani tiga orang, Hoan Yauw dan Gan Hoan dia bertanding dengan seorang lawan.<br />

Antara lima musuh itu yang paling berat adalah lawannya Hoan Yauw. Meskipun<br />

berkepandaian tinggi, Hoan Yauw tidak bisa berbuat banyak dan hanya lebih unggul sedikit di<br />

dalam pukulan-pukulan. Boe Kie tidak turun tangan, ia hanya menonton. Beberapa saat<br />

kemudian Yo Siauw merobohkan seorang, melihat bahaya dua lawan Yo Siauw lantas kabur,<br />

diturut oleh lawannya Gan Hoan. Selagi musuhnya lari, Gan Hoan melepaskan pasir beracun<br />

dan orang itu sambil berteriak kesakitan lantas saja roboh binasa. Di lain saat hanyalah lawan<br />

Hoan Yauw yang masih berkelahi dengan mati-matian.<br />

“Saudara, kulihat kau seorang gagah,” kata Hoan Yauw. “Lebih baik kau menyerah saja.”<br />

“Apakah manusia yang menyerah kepada musuh masih bisa dinamakan orang gagah!” tanya<br />

orang itu dengan gusar.<br />

“Benar,” kata Boe Kie seraya maju ke depan dan menyabet beberapa kali dengan To Liong<br />

To. Berbareng dengan sabetan-sabetan itu, di tengah udara berterbangan rambut manusia.<br />

“Hoan heng, lepaskan dia!” kata Boe Kie sambil tersenyum.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1419

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!