20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Dalam rimba persilatan, nama Gouw Kin Co belum begitu dikenal. Tapi pada waktu diadakan<br />

pameran kekuatan Nio beng kie, semua orang tahu bahwa bendera putih itu tak dibuat<br />

permainan. Orang yang ditimpuk dengan bendera itu berarti diserang dengan lima ratus anak<br />

panah dan lima ratus kapak pendek. Biarpun mempunyai kemampuan tinggi, dia tak usah<br />

harap bisa terlolos dari serangan itu.<br />

Boe Kie mengeluarkan perintah tersebut sebab pada halaman pertama dari Boe Ie soe, ia<br />

membaca nasehat seperti berikut. “Dalam memimpin tentara yang terpenting adalah peraturan<br />

yang keras.” Ia tahu bawa para Enghiong dalam rimba persilatan biasanya sangat bangga<br />

dengan kepandaian sendiri dan tak sudi menunduk di bawah perintah orang. Manakala<br />

kebiasaan itu dipraktekkan dalam menghadap tentara Goan, mereka semua akan termusnah.<br />

Sehabis mengeluarkan titah pertama, sambil menuding tembok di luar ruangan musyawarah,<br />

Boe Kie berkata pula, “Para enghiong siapa yang mempunyai ilmu ringan tubuh tinggi dan<br />

bisa melompat tembok itu, kuminta supaya perlihatkan kepandaian.”<br />

Banyak orang lantas saja kurang puas, bahkan di antara para cianpwee ada yang mendongkol<br />

karena merasaa bahwa dengaan mengajukan pertanyaan itu, Boe Kie menghina mereka.<br />

Selagi orang saling mengawasi, Thio Siong Kee maju dan berkata, “Aku bisa!” Dengan sekali<br />

menjejak bumi, ia sudah melompati tembok yang tinggi itu. Tee in ciong dari Boe tong pay<br />

tersohor di kolong langit. Bagi Thio Siong Kee, melompati tembok itu sama mudahnya seperti<br />

membalik tangan sendiri.<br />

Sesudah Thio Siong Kee, dengan beruntun Jie Lian Cioe, In Lie Heng, Yo Siauw, Wie It<br />

Siauw, In Ya Ong dan lain-lain memperlihatkan kepandaiannya. Contoh itu segera diturut<br />

oleh orang-orang gagah dari lain partai. Dalam sekejap empat ratus orang lebih sudah berhasil<br />

melompati tembok itu. Yang lain sebab rupa rupanya tidak ungkulan, tidak mencoba.<br />

Para enghiong yang menghadiri pertemuan itu rata-rata memiliki kepandaian istimewa. Ilmu<br />

mengentengkan tubuh hanya merupakan salah satu cabang dari ilmu silat yang banyak<br />

coraknya. Sering kejadian, bahwa seorang yang mempunyai ilmu luar biasa tidak tinggi ilmu<br />

ringan tubuhnya. Dalam dunia persilatan, ada kalanya seorang tokoh menggunakan seluruh<br />

hidupnya untuk melatih jari tangannya.<br />

Maka itulah, tinggi rendah dalam ilmu mengentengkan tubuh tidak menjadi ukuran dari tinggi<br />

rendah kepandaian orang yang tersangkut, hal ini diketahui oleh semua ahli silat. Dengan<br />

demikian orang orang yang tidak bisa melompati tembok itu sama sekali tidak merasa malu.<br />

Boe Kie mendapat kenyataan, bahwa di antara empat ratus orang itu, pendeta Siauw Lim sie<br />

berjumlah kurang lebih sembilan puluh orang. “Nama besar Siauw Lim sie memang bukan<br />

nama kosong,” katanya di dalam hati. “Dalam ilmu ringan tubuh saja, tokoh-tokoh Siauw Lim<br />

sie berjumlah lebih besar dari lain partai.”<br />

“Jie jiepeh, Thio Siepeh, In liok siok, kuminta kalian bertiga memimpin para enghiong yang<br />

sudah melompati tembok,” kata Boe Kie. “Kalian harus memancing musuh dengan berlagak<br />

seperti orang yang melarikan diri dari kuil ini. Apabila musuh berhasil dipancing dan mereka<br />

menguber kalian, maka hasil itu merupakan pahala nomor pertama. Sesudah kalian lari,<br />

sampai di belakang gunung kalian harus…”<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1423

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!