20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Mendengar keterangan itu, bulu roma Coei San bangun semua dan ia mengawasi Cia Soen<br />

dengan sorot mata gusar.<br />

Tapi So So menepuk-nepuk dan tertawa nyaring : "Bagus! Bagus!" katanya. "Tuli dan gagu<br />

juga buta huruf. Hmm! Rahasiamu yang bagaimana besarpun pasti tak akan dibocorkan<br />

mereka, Hanya sayang, kau masih memerlukan mereka untuk menjalankan perahu. Kalau<br />

bukan begitu, bukankah kau akan membuta kan juga mata mereka?"<br />

Coei San melirik si nona dan menegur dengan suara mendongkol : "In Kauwnio, kau adalah<br />

seorang gadis baik-baik, tapi mengapa kau begitu kejam? Kejadian itu adalah kejadian yang<br />

sangat mendukakan dan aku sungguh tak mengerti, bagaimana kau sampai hati untuk<br />

mengatakan begitu."<br />

So So sudah membuka mulutnya untuk bertengkar, tapi ia mengurungkan niatnya, karena<br />

Coei San kelihatannya sudah gusar sungguhan<br />

"Dikemudian hari, sesudah kembali didaratan Tiongkok, aku akan menusuk mata mereka,"<br />

kata Cia Soen dengan suara dingin.<br />

Sementara itu, layar sudah naik dan perahu melaju semakin cepat.<br />

"Cia Cianpwee, bagaimana orang-orang yang berada dipulau Ong poan san." tanya Coei San.<br />

"Kau sudah menenggelamkan semua perahu. Cara bagaimana mereka bisa pulang? "<br />

"Thio Ngohiap," jawabnya, "kau adalah seoraug yang berhati mulia, hanya kau bawel sekali,<br />

seperti nenek bangkotan. Biarlah mereka mampus sendiri, bagaikan impian dimusim semi<br />

yang tiada bekasnya, Apakah itu bukan kejadian yang bagus sekali?"<br />

Coei San segera menutup mulutnya, karena ia tahu, bahwa terhadap manusia yang kejam itu,<br />

ia tak dapat berunding lagi. Ia menunduk dan menghela napas perlahan. Ia ingat, bahwa<br />

selama beberapa tahun, Boe tong Cit hiap malang melintang didunia Kangouw dan selalu<br />

berada diatas angin. Tapi sekarang, diluar dugaan, ia mesti menunduk dibawah pengaruh<br />

orang, tanpa dapat melawan, Hatinya jengkel, pikirannya kusut dan ia memandang ketempat<br />

jauh tanpa meladeni Cia Soen dan So So.<br />

Tak lama kemudian, tampak seorang pelayan membawa makanan dan menuang arak ditiga<br />

cawan. "Sebelum bersantap aku ingin memetik khim guna menghibur tetamuku yang<br />

terhormat," kata Cita Soen. "Disamping itu aku ingin minta petunjuk-petunjuk Thio<br />

Siangkong dan In Kauwnio,"<br />

Sehabis berkata begitu, ia mengambil sebuah khim dari dinding gubuk perahu dan lalu<br />

memetiknya. Dalam seni musik, Coei San tidak mempunyai pengetahuan yang mendalam dan<br />

ia tidak mengenal lagu yang dimainkan. Ia hanya merasa bahwa lagu itu sangat sedih,<br />

semakin lama semakin menyayat hati, sehingga pada akhirnya, tak dapat mempertahankan<br />

diri lagi dan lalu mengucurkan air mata.<br />

Tiba-tiba, dengan sekali menggaruk dengan lima jarinya, suara tetabuhan itu berhenti. "Aku<br />

sebenarnya ingin menghibur kalian, tapi tak dinyana Thio Siangkong berbalik sedih," katanya<br />

sambil tertawa getir." Untuk kesalahanku itu aku harus didenda dengan secawan arak,"<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 190

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!