20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

“Sadarlah ayahmu tidak berada di sini. Jangan takut!”<br />

“Aku tak takut!” bentak si nona. “ayah yang salah, aku tak takut! Sesudah dia kawin dengan<br />

ibuku, perlu apa dia mengambil jie-nio, sam-nio? … thia-thia, kau membuat aku sangat<br />

menderita. Kau bukan ayahku… Kau lelaki curang… lelaki jahat… “<br />

Boe Kie pucat mukanya. Perkataan In Lee seolah-olah pisau yang menikam hatinya, karena<br />

tadi ia mimpi menikah dengan Tio Beng, dengan Cie Jiak, dengan In Lee sendiri yang telah<br />

berubah cantik dan dengan Siauw Ciauw. Di waktu sadar ia tidak berani memikir yang tidaktidak.<br />

Tapi di dalam mimpi, sesuatu yang tersimpan dalam alam pikirannya yang tidak sadar<br />

terbayang tegas. Ia merasa bahwa keempat gadis itu cantik semuanya dan ia tidak dapat<br />

berpisah dengan mereka. Selagi membujuk In Lee, di dalam otaknya masih teringat impian<br />

yang sedap.<br />

Sekarang mendengar cacian In Lee, ia lantas ingat peristiwa di kaki Kong Beng Teng yang<br />

dilihatnya dengan mata sendiri dan kejadian-kejadian yang pernah didengarnya. Karena tak<br />

tahan melihat hinaan terhadap ibu kandungnya In Lee telah membinasakan gundik ayahnya.<br />

Karena perbuatan sadis itu, ibu kandungnya belakangan <strong>membunuh</strong> diri. In Ya Ong, ayah In<br />

Lee, atau paman Boe Kie, gusar tak kepalang. Beberapa kali ia coba <strong>membunuh</strong> puterinya.<br />

Karena peristiwa menyedihkan itu, karena gundik kesayangannya dibunuh puterinya sendiri,<br />

untuk menghibur hatinya, In Ya Ong mengambil beberapa gundik lagi.<br />

Itulah yang diingat Boe Kie. Sambil memegang tangan nona In, ia melirik Tio Beng dan<br />

kemudian melirik Cie Jiak. Ia ingat impiannya dan ia merasa sangat jengah.<br />

Sesudah mengucapkan perkataan-perkataan yang sukar ditangkap, In Lee berkata dengan<br />

suara yang agak tegas. “Boe Kie… kau ikutlah aku. Kau telah menggigit tanganku, tapi aku<br />

sedikitpun tidak membenci kau. Seumur hidup aku akan melayani kau, aku menganggap kau<br />

sebagai majikanku. Jangan lah kau mencela romanku yang jelek. Apabila kau sudi menerima<br />

aku, aku rela melemparkan seantero ilmu silatku, membuang racun Ciancoe yang berada<br />

dalam diriku, supaya paras mukaku bisa pulih kembali seperti pada waktu kita baru<br />

bertemu… “ Ia mengeluarkan kata-kata itu dengan suara lemah lembut dan penuh kasih<br />

sayang.<br />

Boe Kie merasa sangat terharu. Ia tak nyana bahwa saudari sepupuhnya itu adatnya aneh,<br />

mempunyai perasaan yang sangat halus.<br />

“Boe Kie,” kata pula Nona In, “aku telah mencari kau di segala pelosok dunia. Belakangan<br />

kudengar, bahwa kau mati lantaran jatuh di dalam jurang. Waktu berada di See-Hek, aku<br />

bertemu dengan seorang pemuda yang bernama Can A Goe. Dia berkepandaian tinggi,<br />

orangnya sangat baik dan dia pernah mengatakan, bahwa dia bersedia mengambil aku sebagai<br />

isteri… “<br />

Tio Beng dan lain-lain tahu, bahwa Can A Goe adalah nama samaran Boe Kie. Dengan<br />

serentak mereka melirik pemuda itu yang paras mukanya lantas saja berubah menjadi merah.<br />

Dalam demam keras, In Lee tak dapat menahan lidahnya sendiri. Boe Kie tidak berani<br />

menghentikannya dengan menotok jalan darah si nona, sebab kalau ditotok jiwa nona In lebih<br />

terancam. Ia tidak berdaya waktu dilirik oleh Tio Beng, Cie Jiak, dan Siauw Ciauw, ia merasa<br />

begitu jengah sehingga ia ingin sekali menyeburkan diri ke laut.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1075

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!