20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Sesudah pengacaunya berlalu, dengan diobati Boe Kie, semua orang sembuh dengan cepat<br />

sekali. Dalam sepuluh hari, mereka semua sudah berlalu dengan menghaturkan banyak terima<br />

kasih.<br />

Selama beberapa hari, Boe Kie memusatkan seluruh perhatiannya kepada buku yang<br />

diberikan oleh Tiap kok ie sian. Ia mendapat kenyataan bahwa isi buku itu benar-benar hebat,<br />

berisi resep-resep luar biasa dan macam-macam cara untuk mengobati berbagai penyakit yang<br />

aneh-aneh. Sungguh tak malu Ouw Ceng Goe mendapat gelaran Ie sian. Tapi sesudah<br />

mempelajari delapan sembilan hari, ia masih juga belum dapat membaca Keterangan tentang<br />

cara mengusir racun Hian beng Sin ciang. Ia memikir bulak-balik, mengasah otak Siang<br />

malam, tapi tetap tidak berhasil. Ia jadi putus harapan.<br />

Hari itu, dengan perasaan tertindih ia jalan jalan diluar rumah. Sambil mengawasi keduaku<br />

kuburan kosong itu, ia berkata dalam hatinya: "Setahun lagi, siapakah yang akan mengubur<br />

mayat ku?" Mengingat begitu, hatinya sedih dan air mata nya mengucur.<br />

Sekonyong-konyong dibelakangnya terdengar suara batuk-batuk. Ia kaget, dan memutar<br />

badannya. Orang yang berdiri dibelakangnya ternyata bukan lain daripada Kim hoa Popo<br />

yang sedang mencekal tangan sigadis kecil<br />

"Anak kecil, pernah apakah kau dengan Ouw Ceng Goe?" tanya si nenek. "Mengapa kau<br />

menangis didepan kuburannya ?"<br />

Jawab Boe Kie. "Aku kena racun Hian beng Sin ciang . . . ."<br />

Si nenek mengangsurkan tangannya dan memegang nadi Boe Kie. "Siapa yang memukul<br />

kau?" tanyanya dengan suara heran.<br />

Boe Kie menggelengkan kepala. "Entahlah," Jawabnya. "Orang itu menyamar seperti seorang<br />

perwira Mongol. Aku tak tahu siapa adanya dia. Aku datang kemari untuk meminta<br />

pertolongan Ouw Sinshe, tapi ia tak sudi menolong. Sekarang ia meninggal dunia dan<br />

penyakitku tentu tak dapat diobati lagi. Itulah sebabnya mengapa aku menangis."<br />

Melihat paras muka si bocah yang sangat tampan dan gerak geriknya yang menarik. Kim hoa<br />

Popo merasa kasihan sehingga ia menghela napas panjang dan berkata." Sayang, sungguh<br />

sayang!"<br />

Dua tahun yang lalu, waktu baru diberitahukan bahwa racun Hian beng Sin ciang sukat<br />

diobati, Boe Kie ketakutan. Belakangan, sesudah berbagai usaha gagal, ia putus harapan dan<br />

jadi nekad. Ia sudah tidak memikiri lagi soal mati dan hidupnya. Maka itu, mendengar<br />

perkataan si nenak, ia tertawa dingin dan berkata. "Mati atau hidup tak bisa diminta secara<br />

paksa. Apakah seseorang yang serakah yang ingin hidup terus menerus bukan seorang yang<br />

sedang mabuk ? Entahlah. Apakah seseorang yang takut mati bukan seperti seorang kanakkanak<br />

yang kesasar dan tidak mengenal jalan pulang? Entahlah. Apakah seseorang yang<br />

sudah meninggal dunia tidak merasa menyesal bahwa ia dahulu ingin sekali dilahirkan<br />

didalam dunia? Inipun tak diketahui olehku,"<br />

Si nenek terkesiap. Untuk sementara ia tidak mengeluarkan sepatah kata dan coba<br />

memecahkan maksud perkatan si bocah.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 479

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!