20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Tio Beng membalut kelingkingnya yg terpapas golok untuk menghentikan darah. Sesudah itu<br />

bersama Boe Kie ia tertidur pulas.<br />

Pada keesokan tengah hari barulah mereka tersadar. Sesudah bersamedhi kira2 setengah jam,<br />

Boe Kie merasa badannya segar, sebab lapar, perlahan2 ia pergi ke dapur, dimana ia dapatkan<br />

nasi yang separuh hangus didalam kuali. Sambil tersenyum ia makan dua suap kemudia<br />

mengisinya disebuah mangkok yang lalu dibawa ke kamar dan diserahkan kepada Tio Beng.<br />

“Bagaimana kalau keadaan sekarang dibanding makan minum dirumah makan kecil dikota<br />

saja?” kata Tio Beng.<br />

“Dulu lain, sekarang lain!” jawabnya sambil tertawa.<br />

“Ya,” kata pula si nona. “Sekarang kita menderita dilahir tapi apa yang dirasakan didalam hati<br />

kita, hanya diketahui oleh langit, oleh bumi, olehmu dan olehku sendiri. Orang luar tak pelu<br />

tahu!” Mereka tertawa dan lalu makan bersama2 dengan hanya menggunakan tangan. Yang<br />

dimakan mereka hanyalah nasi separuh hangus. Tapi bagi mereka lezatnya nasi itu melebihi<br />

santapan yang terlezat didalam dunia.<br />

Belum habis mereka makan, ditempat jauh sekonyong2 terdengar suara tindakan kuda. Tak<br />

kepalang kagetnya Boe Kie dan Tio Beng. Mangkok nasi yg dipegang si nona jatuh dan<br />

hancur dilantai. Meeka saling mengawasi dengan hati berdebar2.<br />

Tak lama kemudian kedua ekor kuda berhenti dihadapan pintu kelenteng dan pintu di ketuk<br />

orang. “Siangkoan Sam ko!” teriak seorang. “Buka pintu! Aku Cia Loo Ngo.”<br />

“Bagaimana sekarang?” bisik Boe Kie.<br />

“Mereka akan segera merusak pinth” kata Tio Beng. “Kita berlagak mati.” Boe Kie<br />

menganggul dan mereka lalu rebah tengkurep.<br />

Beberapa saat kemudian terdengar suara kedubrakan dan pintu terpental karena dorongan<br />

te<strong>naga</strong> yg sangat kuat.<br />

“Kau rebah dipinggir pintu cegat jalan mundur mereka!” bisik si nona.<br />

Boe Kie lalu merangkak kepintu kamar.<br />

Di luar terdengar seruan kaget dari dua orang yang baru masuk, disusul dengan suara<br />

menghunus senjata. Rupa2nya mereka sudah lihat mayat yang menggeletak diluar.<br />

“Hati2!” kata seorang. “Jangan kena di bokong!”<br />

“Sahabat!” teriak yang lain. “Perlu apa kau sembunyi2? Kalau nualimu besar, keluarlah!”<br />

Suara orang itu nyaring dan berte<strong>naga</strong>. Tak bisa salah lagi dialah yang mendobrak pintu. Dia<br />

teriak menantang berulang2 tapi tetap tak dapat jawaban.<br />

“Bisa jadi penjahatnya adalah pergi,” kata kawannya.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1274

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!