20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Tiba2 tenggorokan Wie Thian Bong mengeluarkan suara aneh, se olah2 menggaungnya<br />

binatang buas dan dadanya lantas saja melembung keatas, sedang rambut dan alisnya bangun<br />

serentak.<br />

"Samtee!" kata Phoei Thian Loo simuka merah dengan cepat. "Jangan kau naik darah."<br />

Sanbil berkata begitu, ia menyeret tangan Kwee Siang kebelakangnya, sehingga badannya<br />

sendiri berada diantara kedau orang itu, Melihat hebatnya gerak gerik Wie Thian Bong<br />

sehingga jika ia turun tangan, pukulannya tentu hebat luarbiasa, hati si nona jadi keder juga.<br />

Sementara itu, dengan tangannya Wie Thian Bong mencabut pedang Kwee Siang, sedang<br />

jariji tangan kirinya mementil badan pedang. "Cring!" pedang itu patah dua.<br />

Kemudian ia memasukkan pedang buntung itu ke dalam sarungnya seraya berkata dengan<br />

suara mengejek: "Siapa yang kepingin senjata yang tak gunanya ini ?"<br />

Bukan main kagetnya si nona. Biarpun kepandaian itu belum bisa menandingi Ian cia San<br />

thong (ilmu mementil) dari kakeknya tapi te<strong>naga</strong> Lwee kang yang begitu dahsyat sungguh<br />

jarang terlihat dalam Rimba persilatan<br />

Melihat perubahan pada paras muka si nona, Wie Thian Bong jadi bungah hatinya. Ia dongak<br />

dan tertawa ter-bahak2. Suara tertawa itu, yang disertai Lwee kang sangat menusuk kuping<br />

dan malahan menggoncangkan juga genteng2 di atas pendopo batu itu.<br />

Se-konyong2, berbareng dengan suara gedbrakan, atap pendopo berlubang besar dan dari<br />

lubang itu jatuh serupa benda yang sangat besar.<br />

Semua orang terkejut, terhitung Wie Thian Bong sendiri. Ia sama sekali tak pernah menduga,<br />

bahwa suara tertawanya biarpun di sertai Lwee kang bisa merusakkan atap pendopo batu.<br />

Waktu orang tahu, benda apa yaag jatuh itu, rasa kaget jadi semakin besar. Ternyata yang<br />

rebah di lantai adalah seorang lelaki yang mengenakan baju putih dan kedua tangannya<br />

memeluk khim. Ia rebah disitu sambil meramkan kedua matanya, se-olah2 sedang tidur pulas.<br />

Mendadak terdengar teriakan Kwee Siang "Aha ! Kau berada di sini ?"<br />

Orang itu bukan lain dari pada si pria yg pandai memetik khim dan yaag telah di temui si<br />

nona pada beberapa hari berselangi.<br />

Per-lahan2 orang ita membuka matanya. Begitu melihat Kwee Siang, ia melompat bangun<br />

seraya berkata. "Nona, aku cari kau kesegala tempat. Tak tahunya kau berada disini."<br />

"Perlu apa kau cari aku?" tanyanya. "Aku lupa menanya she nona yang mulia dan nama yang<br />

besar," jawabnya.<br />

"Apa itu she mulia nama besar?" kata Kwee Siang seraya mencebikan bibir. Aku paling sebal<br />

dengan kata2 yang banyak kembangnya."<br />

Orang itu kelihatan kaget, tapi di lain saat ia tertawa besar. "Benar, nona," katanya "Memang,<br />

semakin manusia berlagak pintar semakin kosong otaknya."<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 33

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!