20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Waktu itu didalam hati, semua orang sudah menganggap Boe Kie sebagai Kauw Coe<br />

sehingga tanpa merasa mereka semua mengawasi pemuda itu.<br />

Tentu saja Boe Kie turut mengasah otak. Dalam beberapa detik, macam2 ingatan berkelebat2<br />

dalam otaknya. Dalam ilmu silat, ini memang lebih unggul daripada To Siauw dan yang lain2.<br />

Tapi dalam menarik daya upaya ia masih kalah dari jago2 yg sudah berpengalaman itu. Kalau<br />

mereka sudah putus asa, apakah yang bisa diperbuat olehnya sendiri.<br />

Untuk beberapa saat kamar itu sunyi senyap.<br />

Sekonyong2 Boe Kie ingat sesuatu. "Ah!" teriaknya. "Jalan satu2nya menyembunyikan diri<br />

dalam jalanan rahasia. Musuh mungkin tak akan tahu. Tapi seandainya mereka tahu tak<br />

gampang2 mereka menerjang masuk." Di dalam hati ia merasa, bahwa daya itu paling<br />

sempurna sehingga suaranya penuh kegirangan. Tapi diluar dugaannya, kelihatannya tidak<br />

mendapat jawaban. Semua saling mengawasi tanpa mengeluarkan sepatah kata. Mereka<br />

kelihatannya tidak menyetujui usul itu.<br />

"Seorang laki2 harus bisa mundur dan bisa maju," kata Boe Kie. "Kau sekarang mundur untuk<br />

sementara waktu. Begitu lekas kita sudah sembuh, kita boleh keluar untuk bertarung. Menurut<br />

pendapatku, tindakan ini sama sekali tidak menurunkan derajat atau keangkeran kita."<br />

"Daya upaya Thio tayhiap memang sangat baik," kata Yo Siauw. Ia menengok kepada Siauw<br />

Ciauw dan berkata pula, "Siauw Ciauw, tolong antar Thio tayhiap kejalanan rahasia." "Kalau<br />

aku pergi, kita semua pergi bersama sama," kata Boe Kie.<br />

"Thio tayhiap jalan duluan, kita akan mengikuti dibelakang," kata Yo Siauw.<br />

Didengar dari nada suaranya, pemuda itu tahu, bahwa Yo Siauw dan yang lain2 takkan<br />

mengikuti. Maka itu, ia lantas saja berkata dengan suara nyaring. "Para cianpwee! Walaupun<br />

Thio Boe Kie bukan anggauta Beng Kauw, tapi sesudah kita bersama sama melewati bahaya<br />

besar, perhubungan antara kita adalah perhubungan mati hidup bersama sama. Apakah para<br />

cianpwee kira kau seorang manusia yg takut mati? Apakah para cianpwee duga, Thio tayhiap,<br />

ada sesuatu yg diketahui olehmu," jawabnya dengan suara terharu. "Menurut peraturan Beng<br />

Kauw yg sudah berturun turun, jalanan rahasia di Kong beng teng dianggap sebagai tempat<br />

suci. Kecuali Kauw coe, anggota yang manapun jua tak boleh masuk kesitu. Siapa yang<br />

melanggar peraturan, dia akan kena hukuman mati. Karena Thio tayhiap dan Siauw ciauw<br />

bukan anggotra partai, maka kalian berdua tak usah menaati peraturan tersebut."<br />

Sementara itu teriakan2 makin santer dan makin dekat kedengarannya.<br />

Jalanan keatas Kong keng teng penuh dengan bahaya, tak mudah dipanjat dan disana sini<br />

terdapat tebing2 yg curam. Dibanyak tempat dipasang pintu2 besi atau batu raksasa. Maka itu<br />

biarpun Beng Kauw tak bisa memberi perlawanan hebat tapi musuh tidak gampang2 bisa<br />

mencapai puncak Kong Beng teng. Disamping itu, karena merasa jeri akan nama Beng Kauw<br />

yang besar, musuh tidak berani menerjang secara sembrono. Tapi didengar dari teriakan2 itu,<br />

mereka dapat merasak maju dengan perlahan.<br />

Makin lama Boe Kie jadi makin bingung. "Dalam waktu satu jam lagi, semua orang bakal<br />

binasa," katanya didlm hati. Dalam bingungnya, ia segera bertanya, "Para Cianpwee! Apakah<br />

peraturan itu tidak dapat diubah?"<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 817

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!