20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Dan kini mereka berada begitu dekat dengan dirinya. Ah, biar bagaimanapun juga aku harus<br />

melihat, apakah kakek dan paman berada dalam pasukan itu, katanya di dalam hati.<br />

Sementara itu Song Ceng Soe mendekati Biat Coat. Cian pwee, katanya, Cepatlah mengambil<br />

keputusan terhadap orang-orang Swie Kim-kie supaya kita bisa segera menghadapi Peh Bie<br />

kauw.<br />

Si nenek mengangguk. Waktu itu matahari pagi sudah mulai memancarkan sinarnya yang<br />

gilang gemilang. Bayangan Biat Coat yang tinggi besar yang terpeta di pasir kuning kelihatan<br />

angker sekali, tapi dalam keangkeran itu terasa sesuatu yang menyedihkan. Dalam<br />

kebenciannya terhadap Mo kauw, si nenek ingin sekali meruntuhkan semangat orang-orang<br />

itu. Maka itu, ia lantas saja membentak, Hei, orang-orang Mo kauw! Kamu dengarlah. Siapa<br />

yang masih ingin hidup bisa mendapatkan pengampunan asal saja meminta ampun.<br />

Tapi pengumuman itu dijawab dengan gelak tawa.<br />

Tertawa apa kamu? bentak Biat Coat dengan gusar.<br />

Dengan Chung Toako kami ingin hidup dan mati bersama-sama! teriak Ciang kie Hoe soe,<br />

Gouw Kin Co. Kau jangan banyak rewel, cepat ambil jiwa kami.<br />

Si nenek mengeluarkan suara di hidung, Baikalh, katanya. Tapi kau jangan mimpi bahwa kau<br />

bisa mampus dengan enak. Seraya berkata begitu ia membabat putus lengan orang itu.<br />

Gouw Kin Co tertawa terbahak-bahak. Beng kauw mewakili langit menjalankan keadilan,<br />

membereskan dunia menolong rakyat dan kami menganggap bahwa hidup atau mati tiada<br />

bedanya, katanya dengan suara nyaring. Bangsat tua, jika kau mengharap takluknya kami<br />

maka seperti mimpi di siang bolong!<br />

Biat Coat menjadi makin gusar. Ie Thian Kiam menyambar tiga kali dan tiga orang putus<br />

lengannya. Bagaimana kau? tanyanya pada orang yang kelima. Apa kau mau minta ampun?<br />

Tutup mulutmu! bentak orang itu sambil tertawa.<br />

Kali ini sebelum gurunya bergerak, Ceng hie sudah melompat mendahului dan memutuskan<br />

lengan kanan orang itu dengan pedangnya. Soehoe, biarlah teecoe saja yang menghukum<br />

siluman-siluman itu, katanya. Dengan beruntun ia menanyai beberapa musuh tapi tak satupun<br />

yang sudi menyerah. Sesudah membabat putus lengan beberapa orang ia berpaling kepada<br />

gurunya seraya berkata, Soehoe, mereka sangat keras kepala. Dengan berkata begitu, ia<br />

mengharapkan belas kasihan Biat Coat.<br />

Tapi si nenek tidak memperdulikan suara memohon dari muridnya itu. Putuskan lengan kanan<br />

semua siluman itu! bentaknya. Kalau mereka masih belum mengenal takut, putuskan lengan<br />

kirinya.<br />

Ceng hie tak berdaya. Ia kembali mengangkat pedang dan memutuskan pula beberapa lengan.<br />

Sampai disitu Boe Kie tak dapat menahan dirinya lagi. Ia melompat dari kereta salju dan<br />

menghadang di depan Ceng hie. Tahan! bentaknya.<br />

Semua orang terkejut begitu juga Ceng hie yang langsung mundur selangkah. Apa kau tak<br />

malu sudah menyakiti sesama manusia secara begitu kejam? teriak Boe Kie dengan suara<br />

terengah.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 665

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!