20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Tiba-tiba terdengar suara Plaak! Plaak! yang sangat nyaring. Tangan kiri Song Ceng Soe<br />

menggaplok pipi kirinya, tangan kanan menggaplok pipi kanan dan berbareng satu telunjuk<br />

menotok Pok hoe hiat, lain telunjuk menotok Hong hoe hiatnya sendiri. Ternyata, dengan<br />

menggunakan Kian koen Tay lo ie yang paling tinggi, Boe Kie sudah berhasil memindah<br />

keempat pukulan itu ke tubuh si pemukul.<br />

Jilid 44__________________<br />

Jika Song Ceng Soe tidak menyerang begitu cepat, sesudha menotok Pot Hoe Hiatnya sendiri,<br />

ia tak akan bisa mengirim dua pukulan yang berikutnya. Tapi karena empat pukulan itu<br />

dikirim secara berantai dengan kecepatan luar biasa, maka biarpun Pok Hoe Hiat nya sudah<br />

tertotok, ia masih bisa mengirim dua serangan lagi, sebab lengannya belum kesemutan.<br />

Sesudah keempat pukulan itu dikirim, barulah kaki tangannya lemas dan ia roboh<br />

terjengkang. Beberapa kali ia coba bangun, tapi tidak berhasil.<br />

Song Wan Kiauw menghampiri dengan berlari lari. Dengan mengurut beberapa kali ia<br />

membuka jalan darah puteranya yg tertotok. Kedua pipi Ceng Soe bengkak dan bertepa lima<br />

tarak jari. Lukanya enteng, tapi karena adatnya yg tinggi, maka bagi Ceng Soe, kekalahan itu<br />

merupakan penderitaan yg lebih hebat dari pada kebinasaan. Song Wan Kiauw mengenal adat<br />

puteranya. Tanpa mengeluarkan sepatah kata ia menuntung anaknya dan kembali kebarisan<br />

Boe tong.<br />

Tepuk tangan dan sorak sorai menggetarkan seluruh lapangan. Semua org merasa kagum,<br />

kagum sekali.<br />

Tiba2 Boe Kie muntah darah, sambil memegang dada ia batuk2.<br />

Semua orang mengawasi kejadian itu dengan hati berdebar2. Mereka berkuatir akan<br />

keselamatan jiwanya pemuda gagah itu. Sebagian memperhatikan Boe Kie, sebagian pula<br />

mengawasi orang2 Boe Tong. Apa yg akan diperbuat mereka? Mengaku kalah kan?<br />

Mengajukan lain jago kah?<br />

Sesaat kemudian Wong Wan Kiauw berkata dengan suara nyaring. "Hari ini Boe tong pay<br />

sudah menunaikan kewajiban. Mungkin sekali bintnag Mo Kauw masih terang. Secara tidak<br />

diduga duga muncul pemuda luar biasa ini. Kalau kita mendesak terus, apa bedanya antara<br />

partai lurus bersih dan Mo Kauw?"<br />

"Aku setuju dengan pendapat Taoko," menyambung Jie Lian Cioe. Sekarang kita pulang dan<br />

minta petunjuk Soehoe. Sesudah pemuda itu sembuh, kita boleh bertempur lagi. Ia berbicara<br />

dengan suara nyaring dan bersemangat. Dengan kata2 itu ia menekankan bahwa hari ini Boe<br />

tong pay mengalah, ia tak percaya bahwa partainya tidak bisa melawan pemuda itu.<br />

Thio Seng Kee dan Boe Seng Kong mengangguk, sebagai tanda mereka menyetujui pendapat<br />

Lian Cioe.<br />

Sekonyong konyong In Lie Heng menghunus pedang dan dengan mata menyala ia<br />

menghampiri diri Boe Kie. "Orang she Can!" bentaknya. "Dengan kau, aku tak punya<br />

permusuhan apapun jua. Jika sekarang aku mencelakai kau, In Lie Heng bukan seorang baik2.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 808

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!