20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Dengan berbareng Coei San dan So So mengeluarkan seruan kaget. Guru menodai<br />

kehormatan isteri muridnya adalah suatu kejahatan langka dalam Rimba Persilatan.<br />

"Isteriku memberontak dan berteriak-teriak minta tolong." Cia Soen melanjutkan<br />

penuturannya. "Mendengar teriakan itu, ayahku menerjang masuk kedalam kamar. Melihat<br />

rahasianya terbuka, guruku memukul ayahku yang lantas saja binasa. Sesudah itu, dia<br />

membinasakan juga ibuku dan membanting Cia Boe Kie, anakku yang berumur belum cukup<br />

setahun ...."<br />

"Cia Boe Kie ?" memotong si bocah dengan suara heran.<br />

"Jangan rewel! Dengari cerita Gie-hoe!" bentak Coei San.<br />

"Benar," jawab sang ayah pungut. "Itulah anak kandungku yang namanya bersamaan dengan<br />

namamu. Guruku membantingnya keras-keras, sehigga dia jadi perkedel!"<br />

"Gie-hoe ! Apa.... .apa dia masih bisa hidup ?" tanya Boe Kie.<br />

"Tak bisa! Tak bisa hidup lagi!" jawabnya dengan suara parau.<br />

So So mendelik sambil menggoyang goyangkan tangannya untuk melarang anak itu untuk<br />

menanya lagi.<br />

Sesudah bengong beberapa saat, barulah Cia Soen berkata lagi: "Melihat kejadian itu<br />

nyawaku terbang separuh dan aku berdiri terpaku sambil mengawasi dengan mata<br />

membelalak. Tiba-tiba guruku me!ompat dan meninju dadaku, sehingga aku rubuh terguling<br />

dalam keadaan pingsan. Ketika aku tersadar, guruku sudah menghilang, sedang diseputar<br />

rumahku penuh mayat. Mayat ayah dan ibuku, isteriku, anakku, isteri adikku dan bujangbujangku,<br />

semuanya berjumlah tigabelas jiwa. Ia tidak memukul aku lagi, sebab rupanya ia<br />

duga aku sudah mati"<br />

"Sebab terluka, berduka dan bergusar secara melampaui batas, aku mendapat sakit berat<br />

sekali. Sesudah sembuh, siang malam aku melatih diri dan selang lima tahun, aku mencari<br />

guruku untuk membalas sakit hati. Tapi kepandaianku masih kalah terlalu jauh, sehingga<br />

dapat hinaan yang sangat lebar. Bia bagaimana pun sakit hati tiga belas orang tak dapat di<br />

sudahi dengan begitu saja. Aku segera berkelana untuk mencari guru yang pandai. Selama<br />

sepuluh tahun, aku telah bertemu dengan tiga orang berilmu yang menurunkan kepandaiannya<br />

kepadaku. Dengan dugaan bahwa kepandaianku sudah cukup tinggi, sekali lagi aku mencari<br />

guruku. Tapi di luar taksiran, sedang kupandaianku bertambah, kepandaiannya bertambah<br />

lebih banyak lagi. Demikianlah untuk kedua kalinya, aku pulang dengan terluka berat"<br />

"Sekali lagi aku melatih diri tanpa mengenal capai. Kali ini aku melatih Lweekang dari Cit<br />

siang koen (ilmu pukulan Tujuh Luka) dan sesudah berlatih tiga tahun lamanya, barulah aku<br />

berhasil. Aku menganggap, bahwa dengan memiliki kepandaian itu, aku sudah boleh<br />

berendeng dengan ahli ahli silat kelas utama dan jika guruku tidak mendapat lain-lain ilmu<br />

yang lebih tinggi, ia pasti tidak akan bisa melawan aku. Untuk ketiga kalinya, aku<br />

menyatroninya rumahnya, tapi bakan main rasa kecewaku, karena ia sudah pindah ketempat<br />

lain. Aku lalu berkelana dalam kalangan Kangnuw untuk mencarinya, tapi ia tetap tak<br />

kelihatan mata hidungnva Rupanya, untuk menyingkir dari bencana, ia telah kabur ketempat<br />

jauh. Dunia begini luas, dimana aku mencarinya ?"<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 239

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!