20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Cia Soen tertawa terbahak-bahak. “Siauw hiap, kau tak usah menggunakan kata-kata itu untuk<br />

mengusir aku,” katanya dengan suara terharu. “Kutahu kau dan aku mempunyai nyali yang<br />

sama. Cia Soen merasa bersyukur bahwa dalam usia tua ia bisa bertemu dengan seorang<br />

sahabat seperti kau. Can Siauw hiap, aku ingin menghantam perempuan itu dengan Cit siang<br />

koen. Begitu aku memukul, kau lepaskan To liong to.”<br />

Boe Kie tahu kehebatan Cit siang koen, dengan mengorbankan golok mustika ternama itu<br />

memang dengan sekali tinju ia bisa membinasakan Hwie goat soe. Tapi kejadian itu berarti<br />

bahwa Beng-kauw Tiong goan akan bermusuhan dengan beng-kauw pusat. Kalau kini ia<br />

menyetujui dibunuhnya seorang utusan pusat, bukankah perbuatannya tidak sesuai dengan<br />

kedudukannya sebagai seorang Kauwcoe? Mengingat itu, buru-buru ia mencegah. “Tahan!”<br />

Ia menengok kepada Lioe in soe dan berkata pula, “<strong>Mar</strong>i kita berhenti untuk sementara waktu,<br />

aku mau berbicara dengan Sam wie.”<br />

Lioe in soe mengangguk.<br />

“Dengan Beng-kauw aku mempunyai hubungan erat,” kata Boe Kie. “Dengan membawa<br />

Seng hwee leng, kalian datang ke sini dan pada hakikatnya kalian adalah tamu kami. Untuk<br />

segala perbuatan yang tidak pantas aku mohon kalian sudi memaafkan. Dengan bersamaan<br />

kita menarik kembali te<strong>naga</strong> dalam. Apa kalian setuju?”<br />

Lioe in soe mengangguk lagi.<br />

Boe Kie girang, ia segera menarik kembali Lweekangnya dan To liong to, dan ketiga<br />

lawannya pun menarik kembali te<strong>naga</strong> mereka.<br />

Tapi mendadak, sangat mendadak, semacam te<strong>naga</strong> dingin bagaikan pisau menikam Giok<br />

tong hiat di dadanya. Nafas Boe Kie sesak dan ia tak bisa bergerak lagi. Pada detik itu di<br />

dalam otaknya berkelabat pikiran, “Setelah aku mati, Gie hoe pun akan mati. Tak disangka,<br />

utusan Cang kauw berbuat begitu. Bagaimana nasib In Lee piau moay? Bagaimana dengan<br />

Tio kauwnio, Cioe kauwnio dan Siauw Ciauw? Hai! Bagaimana dengan impian Beng-kauw<br />

untuk menolong rakyat dan merobohkan kerajaan Goan?” Selagi ia berpikir begitu, Lioe in<br />

soe sudah mengangkat Seng hwee leng dan menghantam kepalanya, Boe Kie mencoba<br />

mengerahkan Lweekang untuk membuka Giok tong hiat yang tertotok tapi sudah tidak keburu<br />

lagi.<br />

Pada saat yang sangat genting, tiba-tiba terdengar teriak seorang wanita, “Rombongan Bengkauw<br />

dari Tiong goan sudah tiba di sini!”<br />

Lioe in soe terkejut, Seng hwee leng berhenti di tengah udara.<br />

Bagaikan kilat, satu bayangan abu-abu berkelabat ke arah Boe Kie, mencabut Ie thian kiam<br />

dan menubruk Lioe in soe. Boe Kie mengenali orang itu adalah nona Tio, tapi dalam<br />

girangnya ia kaget tak kepalang sebab si nona menyerang dengan sebuah pukulan Koen loenpay<br />

yang bertujuan untuk mati bersama-sama musuh. Pukulan itu diberi nama Giok swee<br />

Koen kong (batu giok hancur digunung Koen loen san). Meskipun Boe Kie tak tahu nama<br />

pukulan itu tapi ia mengerti jika nona Tio berhasil melukai Lioe in soe, ia sendiri sukar luput<br />

dari serangan lawan.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1065

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!