20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Ketiga murid Go bie pay tak tahu, bahwa pedang guru mereka adalah Ie thian kiam yang<br />

sudah lama menghilang dari Rimba Persilatan. Mereka hanya merasa girang, bahwa guru<br />

mereka sudah memperoleh kemenangan. "Soehoe," kata Teng Bin Koen, "Nenek itu tidak<br />

bisa melihat gunung Thaysan dan sudah berani bertempur melawan Soehoe. Sekarang dia<br />

baru tahu kelihayan Soehoe."<br />

Biat coat mengawasi murid itu yang coba mengumpaknya. "Di kemudian hari, begitu lekas<br />

mendengar suara batuk-batuknya, kamu mesti lekas lekas menyingkir." katanya dengan suara<br />

sungguh. Ia mengatakan begitu sebab meskipun berhasil memutuskan senjata lawan, ia tahu<br />

bahwa Lweekang nenek itu lebih unggul dari pada te<strong>naga</strong> dalamnya. Tadi, waktu ia menotol<br />

dengan sarung pedsang, ia menyertai juga dengan te<strong>naga</strong> Go bie kioe yang kang yang sudah<br />

dilatihnya selama tiga puluh tahun. Tapi te<strong>naga</strong> yang hebat itu seperti amblas di dalam lautan<br />

dan tubuh si nenek sedikit run tidak bergeming.<br />

Sesaat kemudian, dengan paras muka yang sangat menyeramkan Biat coat berkata. "Siauw<br />

Hoe kemari!" Ia berjalan kegubuk Ouw Ceng Goe dengan diikuti oleh ketiga muridnya.<br />

"Ibu!" teriak Yo Poet Hwie sambil mengudak ibunya.<br />

Siauw Hoe mengerti, bahwa kedatangan gutunya adalah untuk "membersihkan" rumah<br />

perguruan dan meskipun ia sangat disayang, kali ini ia tidak bisa terlolos dari hukuman. Maka<br />

itu, dengan suara membujuk ia segera berkata kepada puterinya "Tidak boleh, kau tidak boleh<br />

masuk. Kau pergilah bermain."<br />

Boe Kie mengawasi masuknya Biat coat kedalam rumah Ceng Gor sambil berkata didalam<br />

hati: "Perempuan she Teng itu sangat jahat dan dia pasti akan coba mencelakakan Kie<br />

Kouwkouw. Peristiwa dimalam itu telah disaksikan olehku dan pihak yang bersalah adalah<br />

siperempuan she Teng. Biarlah, kalau dia bicara yang tidak-tidak aku akan maju untuk<br />

membela Kie Kouwkouw." Memikir begitu ia lantas saja bersembunyi dibelakang rumah.<br />

Untuk beberapa saat keadaan sunyi-sunyi saja. Akhirnya terdengar suara Biat coat. "Siauw<br />

Hoe, kau ceritakanlah."<br />

"Soehoo... aku... aku... "<br />

"Bin Koen, coba kau ajukan pertanyaan," memerintah sang guru.<br />

"Soe moay, dalam partai kita, apakah bunyinya larangan ketiga ?" tanya Bin Koen.<br />

"Dilarang berjina," jawabnya.<br />

"Benar.. Larangan keenam?"<br />

"Dilarang berpihak kepada orang luar dan mengkhianati rumah perguruan sendiri."<br />

"Apa hukumannya jika orang melanggar larangan itu?"<br />

Siauw Hoe tidak menjawab. Ia menengok kepada gurunya dan berkata. "Soehoe, dalam hal ini<br />

ada sesuatu yang sukar dikatakan olehku."<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 487

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!