20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Pendeta yang bergelar Hoei hong itu lantas saja membungkuk seraya berkata: "Melaporkan<br />

kepada Soepoh, bahwa beberapa puluh orang dari Liong boen Piauw kiok Hoei thong dan<br />

Hoei kong kedua Soeheng semuanya.... semuanya dibinasakan oleh bangsat she Thio itu."<br />

"Apa kau lihat dengan mata kepala sendiri ?" tanya Goan im.<br />

"Ya," jawabnya. "..Kalau tak keburu lari, teecoe berempat pun sudah binasa di tangannya."<br />

"Murid Sang Buddha tak boleh berjusta," kata Goan im dengan suara keren. "Soal ini<br />

mengenai Siauw lim dan Boe tong, kedua partai besar dalam Rimba persilatan, dan kau tidak<br />

boleh bicara sembarangan"<br />

Hoei bong segera berlutut dan sambil merangkap kedua tangannya, ia berkata: "Teecoe tak<br />

akan berani menjustai Soepeh dan apa yang dikatakan teecoe adalah kejadian yang sebenarbenarnya.<br />

Untuk itu, Sang Buddha menjadi saksinya."<br />

"Cobalah kau ceritakan apa yang dilihat dengan matamu sendiri" memerintah Goan im.<br />

Mendengar perkataan itu, Thio Coei San lantas saja ia melompat turun.<br />

Goan-giap yang menduga pemuda itu ingin menyerang Hoei hong, lantas saja menyabet<br />

dengan Sianthungnya. Coei San menunduk untuk memunahkan serangan itu dan kemudian,<br />

dengan sekali melompat ia sudah berada di belakang Hoei hong. Menurut ilmu silat toya Hok<br />

mo thung (takluki iblis), sesudah sabetannya meleset, Goan giap harus menyerang pula<br />

dengan membabat pundak lawan. Akan tetapi, karena waktu itu Coei San sudah berada di<br />

belakang Hong bong, maka jika ia menyerang lagi, toyanya akan lebih dulu mengenakan<br />

keponakan muridnya. Dalam kagetnya, ia terpaksa menarik pulang Sian thungnya. "Mau apa<br />

kau?" bentaknya.<br />

"Aku mau mendengarkan ceritanya," menjawab Coei San.<br />

Hoei hong mengerti bahwa kalau mau, Thio Coei San yang berada dalam jarak dua kaki,<br />

dengan mudah bisa mengambil jiwanya dan meskipun kedua Soe pehnya berada di situ,<br />

mereka tak akan keburu menolong. Tapi dalam gusarnya, ia tak jadi gentar, dan lantas saja<br />

memberi keterangan dengan suara nyaring : "Waktu berada di Kang pak (sebelah utara Sungai<br />

Besar). Goan sim Susiok menerima surat Touw Tay Kim Suheng yang meminta pertolongan.<br />

Begitu menerima surat itu buru-buru Soesiok memerintahkan Hoei Thong dan Hoei Kong<br />

Soeheng memberi datang kemari untuk memberi bantuan. "<br />

"Belakangan Soesiok pun memberi perintah kepada teecoe dan ketiga Soetee untuk menyusul.<br />

Begitu tiba, Hoei kong Soeheng mengatakan bahwa malam ini, musuh mungkin datang<br />

menyatroni dan ia minta kami berempat sembunyi dikaki tembok sebelah timur. Iapun<br />

memesan supaya kami jangan sembarangan meninggalkan tempat jagaan dan jangan sampai<br />

diselomoti dengan tipu memancing harimau keluar dari gunung.<br />

Baru siang berganti malam, tiba-tiba kami mendengar bentakan dan cacian Hoei thong<br />

Soeheng yang sudah mulai bertempur di ruang belakang. Sesaat kemudian ia mengeluarkan<br />

teriakan kesakitan, Sebagai tanda terluka berat. Teecoe segera memburu keruangan belakang<br />

dan tihat dia ..dia..... bangsat She Thio itu" Berkata sampai disitu, mendadak ia melompat<br />

bangun dan berteriak sambil menuding hidung Thio Coei San. "Dengan mata kepalaku sendiri<br />

kulihat kau pukul Hoei kong Soeheng yang lantas mati dengan membentur tembok. Karena<br />

merasa tidak ungkulan, aku lalu bersembunyi dibawah jendela dan menyaksikan cara<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 124

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!